Tentang Hati


http://newrule-formyfuture.blogspot.com
Ada kerinduan yang mungkin tiada tersampaikan. Ada tangis yang tak mungkin mengalir dari mata hati. Ada sejuta asa yang digantungkan pada takdir yang Kuasa. Itulah cinta yang kurasa kini. Dikala penantian tak berujung menghanyutkanku pada sebuah kisah hati yang tak terbendung. Saat indah kusapa hadirmu mengerlingkan rasa ingin tahuku akan sebuah arti hadir hatiku disisimu. Menggelitik keinginanku untuk menyapa lembut keberadaanmu.<span class="fullpost"></span>




Namun semua sirna. Kucoba menahan egoku sebagai seorang hamba yang tiada kuasa menjaga terang dalam nuraninya. Melayangkan fikirku pada yang nyata dan tentunya ada. Takdir yang kelak akan membawaku menjalani kehidupan dalam naungan cinta suci-Nya Sang Maha Sempurna.

Indah warna yang kini terlukis dalam hidupku, membelaiku manja. Menggairahkan kembali sisi lain jiwaku yang telah lama terlelap. Aku dan hadirmu. Sebuah realitas yang hanya aku yang tahu, mengartikan ini semua dengan bahasa kalbu. Melagu, mengembara, meneteskan berjuta rasa yang hanya diketahui oleh-Nya Sang Penguasa Hati manusia.

Pergiku, menorehkan luka dalam dihatiku. Kerana hadirmu memanjakanku dalam setiap langkahku menapaki kembali masa-masa kecilku. Melenyapkan kekuatan yang selama ini kugenggam dalam meretas segala amanah-Nya yang dititipkan kepada jiwa ini. Membuatku kembali rapuh setelah sekian lama aku tegar dalam kesendirianku saat berdiri dan melangkah dengan tertatih.

Tiada ingin aku kehilangan, segala yang telah lama kuharapkan dalam angan. Kini aku harus mau membiarkan semua berlalu. Mengikhlaskan untuk pergi lebih jauh menghadapi kenyataan.
Aku dan sebuah harapan…

Saat ini, ketika kutuliskan sebuah kalimat hati yang tiada mungkin tersampaikan, mungkin hanya airmataku yang menetes menemaniku dalam setiap perjuangan. Kurasa kau tahu, ada yang begitu ingin kurajut bersamamu. Ya, itulah cinta-Nya. Berharap suatu saat kan kulihat senyum indahmu dikala hadir permata jiwa kita, buah hati titipan Sang Illahi yang kelak diamanahkan, menjadikanku seorang bidadari syurga yang menyandingmu dalam setiap dessah nafasmu.

Namun ternyata aku terlalu lemah untuk menjalani perjuanganku mengenalkanmu kepada-Nya. Duniamu terlalu keras untuk kutapaki, malam-malammu terlalu ramai untuk tempatku bermunajah, dan hatimu terlalu kokoh untuk dapat kubuka pintunya. Yang justru membuatku semakin pilu untuk berharap engkau dapat melihat dan merasakan hangat cahaya-Nya.

Kucoba mempertahankannya. Sebuah rasa yang kuharap dapat membuatku semakin dekat kepada-Nya.
Kucoba mengikuti langkahmu, berharap suatu saat nanti kau akan menatapku dengan senyuman kemudian menyapa hadirku dalam hidupmu dan kau kan berjalan bersamaku di jalan cinta-Nya.
Kucoba mendengar nuranimu, berharap suaranya yang begitu lemah akan bertambah kuat bersama nuraniku yang menguatkannya.

Jika aku menyerah hari ini.
Akankah ini sebuah akhir bagi kisah kita.
Jika aku menghentikan langkah kecilku saat ini.
Apakah aku akan tega meninggalkan sejuta asaku saat bersamamu.
Dan jika aku menulikan telingaku atas jeritan hati kecilmu yang begitu lemah,
Akankah aku menjadi bertambah kuat dalam pengembaraanku?

Kurasa aku kan bertahan
Sampai akhirnya Dia Sang Maha Kuasa akan menghentikan ini semua lewat takdir-Nya.
Terimakasih, karena kau buat aku yang lemah ini semakin bertambah kuat.
Untuk terus menunggu…

Menunggu

Dan menunggu…

Yang bisa kulakukan dalam setiap usahaku untuk membuka jalan fikirmu kepada hidayah-Nya…

Allah Menyukai Kalau HambaNya Kuat


kotasantri.com

Penulis : Rifatul Farida
Sebuah cerita mengawali putihnya hari, dalam rekah merah jingga di ufuk langit timur. Sepasang mata sayu yang kini mulai lembab. "Tes..." Butiran bening itu jatuh juga dari sudut mata. Sementara dari balik rasa haru, mataku iba menatap, seolah engkau berkata;<span class="fullpost">

"Biarkan ku menangis. Mengalirkan air mata yang telah lama membendung. Biarkan semuanya tahu, kalau memang aku hanya seseorang yang cengeng! Tak bisa lagi ku hidup dalam kamuflase, dan memang ku tak bisa lagi. Maka jangan memaksaku lagi menjadi kuat, jangan memaksaku lagi menjadi tegar, jangan memaksaku lagi bertahan dan menahan. Aku ingin berhenti. Tak mengapa jika harus kalah, karena memang aku menyerah dan pasrah. Tak mengapa jika segalanya berakhir sampai di sini."
Aku pun terpaku, ada rasa ngeri membayangkan bagaimana keadaan ruhanimu kini. Begitu hebatkah derita yang menimpamu hingga engkau tak hanya tergoncang, namun juga limbung dan jatuh bergulingan dari pucuk-pucuk ikhtiar?
Bukankah engkau tahu tentang kebaikan-kebaikan setiap takdirNya? Bukankah dalam setiap tahapan yang pernah engkau tapaki adalah semakin menguatnya keyakinanMu akan setiap jaminanNya? Kenapa musti khawatir, padahal pernah menguntai dari bibirmu sebaris kata bahwa, "Syetan selalu menghembuskan was-was di setiap hati." Dalam kesadaran, bertawakallah. Engkau hanya perlu bangkit dan tapaki lagi jalan itu.
Bahwa pada hakikatnya, tak perlu ada yang dikhawatirkan dalam hidup ini. Jalani, hadapi, dan nikmati pergiliran takdirNya dengan keimanan penuh. Tentang sebuah janji pasti, bahwa dengan ketakwaan ini, Allah SWT akan menolong dari arah yang tak pernah terlintas dalam benak.
Sahabatku, ayolah bangkit. Allah menyukai kalau hambaNya kuat!
***
rf_teruntuk seorang ukhti; don't worry be happy.</span>


kotasantri.com
Penulis : Rifatul Farida
Seruak rasa sedih hadir di hati. Melihat seorang teman lama yang dulu ketika masih dalam kebersamaan begitu anggun dengan jilbab lebarnya dan gamis. Bukan yang pertama kalinya, karena sebelumnya dalam kesempatan yang berbeda, 2 orang teman lama pun menyuguhkan hal yang sama di pandang mata, rok yang mengidentikkan dia adalah seorang 'akhwat' telah berganti menjadi celana ketat yang sering dijuluki penampilan modis.

Sebuah diskusi kecil dengan seorang sahabat dekat membicarakan fonemena ini baru saja terlakukan. Ternyata begitu mengejutkan mendengar pengalamannya yang dengan mudah seorang temannya melepas jilbabnya demi mengejar kesenangan pribadi yang semu. Identitas kemuslimahan yang seharusnya bukan sekedar menjadi kebanggaan pada Ad-Dien ini, bisa dengan mudah lumat dimakan waktu dan keadaan.

Mari kita berbicara tentang kemuslimahan ini!<span class="fullpost">

Allah SWT, Illah semesta alam yang Mahabijak telah memberikan aturan sedemikian rupa tentang bagaimana seorang wanita Islam memerankan tak hanya kewanitaannya, tapi juga status kemuslimahannya dalam kehidupan. Ada ketaatan-ketaatan yang seharusnya dijalani, semata bukan karena mengikuti arus lingkungan yang membentuk pribadinya menjadi wanita taat, tapi ruh ketaatan yang pada hakikatnya harus mengerti mengapa dan untuk apa kita melakukannya begitu. Sadar saja tidak cukup tanpa diiringi kefahaman, pun sebaliknya kefahaman juga butuh kesadaran dalam muara keikhlasan melakukan atau meninggalkan ketetapan aturan.

Di zaman yang dengan begitu mudah informasi dan pengetahuan apa pun diakses, tentunya kita semua telah mengetahuinya bagaimana Islam mengatur cara seorang muslimah berpakaian. Batasan-batasan syar'i pakaian seperti apa yang dimaksud pakaian takwa pun telah 'disepakati' bersama. Tidak tipis dan transparan dalam artian tanpa dobelan ketika memakai, tidak membentuk lekuk tubuh dalam konteks pakaian sempit/mempet dan tetap fungsi utamanya adalah sebagai pakaian takwa, bukan hiasan tubuh hingga atas nama itu menjadi begitu antusias update mode pakaian. Dan masih ada beberapa persyaratan lagi.

Syarat, menjadi tolak ukur benar tentang ketepatan syar'i tidaknya seorang muslimah mengenakan pakaian. Sehingga dalam hal ini, memenuhi semua syarat menjadi suatu kemutlakan. Pun tak perlu berdebat tentang muslimah yang pakaiannya syar'i tapi hatinya masih kotor, sehingga argumen pembenaran ini muncul; yang penting jilbabi dulu hatinya. Karena jelas ketetapan perintah itu, bahwa semua bagian fisik wajib ditutupi kecuali muka dan telapak tangan. Ini perintah yang sangat jelas, tentang bagaimana seorang muslimah memperlakukan fisiknya. Sementara hati adalah konteks lain yang tentunya juga harus diperhatikan.

Namun, masalah baru pun menemukan ruangnya untuk hadir, ketika menutup aurat bagi seorang muslimah hanya difahami sebatas perintah yang harus ditaati. Ketika hanya sebatas mampu menjawab tanya, "Mengapa harus menutup aurat?" dengan jawaban, "Karena sudah selayaknya seorang wanita Islam melakukannya begitu, dalilnya jelas dan menjadi kewajiban yang kalau dilanggar berarti dosa."
Mari kita telisik lebih dalam.

Tidak ada yang salah dengan alasan memenuhi kewajiban menutup aurat bagi seorang muslimah, karena memang demikian adanya. Namun, ketika itu hanya difahami sebagai sebuah kewajiban tanpa adanya upaya mengkaji dan mengetahui lebih dalam mengapa Allah SWT yang Maha Penyayang menginginkannya begitu, secara tidak disadari, barangkali seorang muslimah hanya menghargai jilbab sekedar penutup kepala. Padahal, ada nilai lain mampu menjadi karekter kuat alasan jilbab menjadi sesuatu yang patut dipertahankan sesuai syari'at. Sehingga di ujungnya, sebuah kesimpulan hadir dari kefahaman dan kesadaran diri, bahwa menjadi muslimah adalah anugerah yang tak hanya harus disyukuri, tapi juga dijaga oleh diri sendiri.

Jilbab, bukan hanya sekedar penutup kepala. Tapi adalah kehormatan dan harga diri muslimah. Ya, kehormatan dan harga diri, yang dalam hubungan sosial menjadi hal yang sensitif . Sehingga jika demikian seorang muslimah memberi nilai dan arti pada jilbabnya, maka tak ada lagi 'tawar menawar' syarat menutup aurat dengan berderet alasan logis namun dangkal dan menjerumuskan.

Bukankah Allah SWT telah begitu luar biasa memberikan penjagaan terhadap muslimah agar tidak mudah diganggu dengan perintah diwajibkannya menutup aurat? Dan sungguh, betapa Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.

***

Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin : "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab [33] : 59).</span>

untuk RARA/ ZAHRA ptk



tak pernah sedikitpun aku menduga akan merindunya. tak pernah terbersit sedikitpun aku akan mengingatnya. dia hanya wanita biasa. dia ibarat bintang yang bercahaya redup diantara terangnya cahaya rembulan. mungkin itu yang dulu membuatku melewatinya. aku terlalu memperhatikan cahaya rembulan, tanpa pernah memperdulikan cahaya bintang yang menerangiku secara perlahan, bahkan terlalu perlahan hingga saat ini baru kusadari setelah cahaya itu sirna dari mataku, namun tetap saja menyinari hatiku. wajahnya memancarkan pesona kelembutan yang sebenarnya sangat ku butuhkan. sifat penyabar terlihat jelas dari perangai nya. dia gadis biasa yang sangat luar biasa bagi ku.

Zahra, rara panggilannya. awal pertemuanku dengan nya saat aku bekerja sambilan di warnet sepupuku di jalan karimata pontianak. sudah sore saat dia datang. aku ingat sekali saat dia pertama kali kami bertemu, dia masih menggunakan sepeda. namun pada waktu itu aku hanya takjub melihat kesederhananya, tidak lebih. bagaimana tidak, saat jaman sekarang yang sudah langka melihat sepeda, seorang gadis sepertinya masih mau menggunakan sepeda.
pertemuanku yang ke dua, saat itu aku biasa saja saat dia datang. aku tidak terlalu memperhatikan pengunjung yang datang, coz pada waktu itu aku lagi seru-serunya main gunbound. aku tau kalau ada rara di antara pengunjung saat dia akan membayar tagihan. "berapa bang??" (emang aku tukang bakso). "1700" jawabku singkat (yaaa ampun, sampe tagihanya aja masih ku ingat, padahal tu tahun 2007-2008. sekarang tahun brp sech?). hampir saja tertawa ku pecah, saat ku dengar suara recehan (yang aku yakin pasti jumlahnya banyak) dari kantongnnya. dugaanku ne akhwat mungkin baru panen tabungan.

nahh, dari pertemuan ini, entah knp aku semakin rajin nungguin warnet (atau nungguin rara????). tp bnr aja, akhirnya akhwat yang ku tunggu datang setelah seminggu. yang namanya happy, jangan di tanya, pasti happy bung.tapi tak ada kata yang terucap. aku malu, entah kenapa, mungkin karna jilbabnya. aku merasa rara terlalu anggun untuk ku sapa.jadi, seperti dugaan kita semua, TAK ADA KATA YANG TERUCAP.

tapi akhirnya ketahuan juga keadaanku sama sepupuku. "kau kan cowok, klu kau ga' mulai, jangan harap ada permulaan. sekurang-kuranya tanya namanya, paling minimal ucapkan assalamualikum." sepupu ku ini jangan di tanya sifatnya, sampai gelar psikolog cinta pun berhak disandangnya. dari 54 pacarnya (sewaktu blm tau hukum islam), 53 diantaranya ninggalin dia, kabur ma cowok lain.sekarang dia udah tau klu pacaran tu haram, Alhamdulillah.
" kau berkelai brani, ngebut di jalan jg berani, tapi sama cewek?? NOL besar"
"tapi ini lain bro" kilahku
"ini akhwat, bukan cewek sembarangan, bukan cewek gampangan"
"hmm, klu begitu ini berat bung. cuma ada satu cara klu mmg kau mau hidup dgnanya. perbaiki diri,jadikan diri mu agar sebanding jika bersanding denganya." ciee, seumur hidup jadi sodaranya, baru kali ini omonganya masuk akal.

tapi aku jadi penasaran tentang rara, sudah hampir sebulan dia 'g kelihatan, ke mn y?. aku jadi ingat ucapan sohibku, USAHA DUNK. hmm jadi ku upah pasukan intel ku (dengan bayaran coklat) untuk mencari tau siapa sebenarnya RARA ini. tak butuh waktu lama, akhirnya aku tau sedikit tentang rara. rumahnya di jalan penjara Pontianak, kuliahnya di Untan, dia anak paling tua dikeluarganya. ayahanda nya bekerja di kantor Gubernur. hanya itu yang ku tau.

sebulan kemudian rara nongol lagi di warnet (nongol???? ada lagi maksudnya). makin ayu aja rara, makin elegant. saat dia sedang OL, otak ku pun sibuk merancang pertanyaan untuknya, akhirnya ku temukan pertanyaan untuknya "tinggalnya dimana?" sodara-sodara tau apa jawabanya "di bawah langit" singkat, padat, jelas, tapi senyumnya itu lho sodara-sodara, yaaa ampyur. mo lihat billing malah jadi matikan komputer jadinya. bayangin thu senyumnya, dahsyat, kalah minuman tebbs, coca cola juga salah segarnya.

akhirnya sampai aku harus berhenti kerja untuk lebih fokus kuliah, tak pernah lagi kulihat rara. terakhir kabar yang ku dengar "RARA udah pake cadar" Ya Allah Ya Rabb, semakin kuat hatiku untuk bersamanya, aku mengharapkan kebaikan agamanya untukku. pernah aku berpas-pasan di jalan dengan akhwat bercadar, warna hijau. walaupun aku tak bisa melihat wajahnya nya, namun aku yakin itu RARA.

sekarang,2010, Alhamdulillah, aku telah dan masih belajar lagi mendalami agamaku. Allah kirim untukku sahabat yang baik, ABU SAIF/ Syaifullah, untuk membantuku belajar Islam, jazakallah ya akhi. seiring berjalan nya waktu, niatku belajar tiak lagi karna RARA, ku temukan kedamaian di jalanku yang baru ini. Alhamdulillah.

tapi sekarang , kilatan bayangan RARA muncul kembali, entah kenapa justru semakin kuat.
RARA, aku tak tau lagi ke mana harus mencarimu. sekarang ilmu agamaku tak lagi mentah seperti dulu, sedikit demi sedikit aku sudah belajar, yang kurasa cukup untuk menjadi imam mu, namun tetap saja aku butuh teman untuk beribadah, aku harap kau bersedia.

RARA, kalau kau membaca tulisan ini,....aku tak tau bagaimana tanggapanmu, yang jelas aku berharap kau bersedia menemani ku beribadah kepada TUHAN kita,Tuhan seluruh makhluk, ALLAH, yang tidak ada Tuhan selain Dia.

Ya Rabb, kabulkanlah keinginanku untuk mempersuntingnya, tunjukan aku jalanya, serta mudahkanlah segala urusannya.

untuk akhi dan ukhti, aku mohon doa nya...

Halaman

Cari Blog Ini

About me

Advertisement