Bekal-Bekal Menuju Pernikahan Sesuai Sunnah Nabi


Mukadimah

Islam adalah agama yang universal. Agama yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Tidak ada satu persoalan pun dalam kehidupan ini, melainkan telah dijelaskan. Dan tidak ada satu masalah pun, melainkan telah disentuh oleh nilai Islam, kendati masalah tersebut nampak ringan dan sepele. Itulah Islam, agama yang menebar rahmat bagi semesta alam.
Dalam hal pernikahan, Islam telah berbicara banyak. Dari sejak mencari kriteria calon pendamping hidup, hingga bagaimana cara berinteraksi dengannya tatkala resmi menjadi penyejuk hati. Islam memberikan tuntunan, begitu pula Islam mengarahkan bagaimana panduan menyelenggarakan sebuah pesta pernikahan yang suka ria, namun tetap memperoleh berkah dan tidak menyelisihi sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, demikian pula dengan pernikahan yang sederhana namun tetap ada daya tarik tersendiri. Maka Islam mengajarkannya.

Namun buku ini sebatas membahas tentang manfaat menikah, hal-hal yang berkenaan tentang khitbah (meminang), akad nikah, rukun-rukun, dan syarat-syarat serta pembahasan tentang pesta perkawinan atau walimatul ‘ursy. Semoga kita bisa mengambil manfaat dari pembahasan tersebut.

Manfaat Menikah

Nikah memiliki manfaat yang sangat besar, sebagai berikut :

1. Tetap terpeliharanya jalur keturunan manusia, memperbanyak jumlah kaum

muslimin dan menjadikan orang kafir gentar dengan adanya generasi penerus yang berjihad di jalan Allah dan membela agamanya.

2. Menjaga kehormatan dan kemaluan dari perbuatan zina yang diharamkan lagi merusak tatanan masyarakat.

3. Terealisasinya kepemimpinan suami atas istri dalam hal memberikan nafkah dan penjagaan kepadanya. Allah berfirman:

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (An Nisa’ : 34)

4. Memperoleh ketenangan dan kelembutan hati bagi suami dan istri serta ketenteraman jiwa mereka.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (Ar-Ruum : 21).

5. Membentengi masyarakat dari prilaku yang keji yang dapat menghancurkan moral serta menghilangkan kehormatan.

6. Terpeliharanya nasab dan jalinan kekerabatan antara yang satu dengan yang lainnya serta terbentuknya keluarga yang mulia lagi penuh kasih sayang, ikatan yang kuat dan tolong-menolong dalam kebenaran.

7. Mengangkat derajat manusia dari kehidupan bak binatang menjadi kehidupan manusiawi yang mulia.

Dan masih banyak manfaat besar lainnya dengan adanya pernikahan yang syar’i, mulia dan bersih yang tegak berlandaskan Al Qur’an dan As Sunnah.

Menikah adalah ikatan syar’i yang menghalalkan hubungan antara laki-laki dan perempuan, sebagaimana sabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Berwasiatlah tentang kebaikan kepada para wanita, sesungguhnya mereka bagaikan tawanan di sisi kalian. Kalian telah menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah (akad nikah, pent)”.

Akad nikah adalah ikatan yang kuat antara suami dan istri. Allah berfirman:

“Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat”.(An Nisa’ : 21) yaitu akad (perjanjian) yang mengharuskan bagi pasangan suami istri untuk melaksanakan janjinya.

Allah berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu”. (Al-Maidah : 1)

Khitbah (Meminang)

Rasulullah bersabda:

“Apabila seorang diantara kalian mengkhitbah (meminang) seorang wanita, maka jika dia bisa melihat apa yang mendorongnya untuk menikahinya maka lakukanlah” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Dalam hadits lain:

“Lihatlah dia, sebab itu lebih patut untuk melanggengkan diantara kalian berdua” (HR. AtTirmidzi, 1087)

Hadits tersebut menunjukkan bolehnya melihat apa yang lazimnya nampak pada wanita yang dipinang tanpa sepengetahuannya dan tanpa berkhalwat (berduaan) dengannya.

Para ulama berkata: “Dibolehkan bagi orang yang hendak meminang seorang wanita yang kemungkinan besar pinangannya diterima, untuk melihat apa yang lazimnya nampak dengan tidak berkholwat (berduaan) jika aman dari fitnah”.

Dalam hadits Jabir, dia berkata: “Aku (berkeinginan) melamar seorang gadis lalu aku bersembunyi untuk melihatnya sehingga aku bisa melihat darinya apa yang mendorongku untuk menikahinya, lalu aku menikahinya” (HR. Abu Dawud, no. 2082).

Hadits ini menunjukkan bahwa Jabir tidak berduaan dengan wanita tersebut dan si wanita tidak mengetahui kalau dia dilihat oleh Jabir. Dan tidaklah
terlihat dari wanita tersebut kecuali yang biasa terlihat dari tubuhnya. Hal ini rukhsoh (keringanan) khusus bagi orang yang kemungkinan besar pinangannya diterima. Jika kesulitan untuk melihatnya, bisa mengutus wanita yang dipercaya untuk melihat wanita yang dipinang kemudian menceritakan kondisi wanita yang akan dipinang.

Berdasarkan apa yang diriwayatkan bahwa Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Ummu Sulaim untuk melihat seorang wanita (HR. Ahmad).

Barangsiapa yang diminta untuk menjelaskan kondisi peminang atau yang dipinang, wajib baginya untuk menyebutkan apa yang ada padanya dari kekurangan atau hal lainnya, dan itu bukan termasuk ghibah.

Dan diharamkan meminang dengan ungkapan yang jelas (tashrih) kepada wanita yang sedang dalam masa ‘iddah (masa tunggu, yang tidak bisa diruju’ oleh suami atau ditinggal mati suaminya, pent). Seperti ungkapan: “Saya ingin menikahi Anda”. Berdasarkan firman Allah Ta’ala:

“Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanitawanita itu dengan sindiran” (QS. 2: 235)

Dan dibolehkan sindiran dalam meminang wanita yang sedang dalam masa

‘iddah. Misalnya dengan ungkapan: “Sungguh aku sangat tertarik dengan

wanita yang seperti anda” atau “Dirimu selalu ada dalam jiwaku”.

Ayat tersebut menunjukkan haramnya tashrih, seperti ungkapan: “Saya ingin menikahi anda” karena tashrih tidak ada kemungkinan lain kecuali nikah. Maka tidak boleh memberi harapan penuh sebelum habis masa
‘iddahnya.

Diharamkan meminang wanita pinangan saudara muslim lainnya. Barangsiapa yang meminang seorang wanita dan diterima pinangannya, maka diharamkan bagi orang lain untuk meminang wanita tersebut
sampai dia diijinkan atau telah ditinggalkan. Berdasarkan sabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam: “Janganlah seorang laki-laki meminang wanita
yang telah dipinang saudaranya hingga dia menikah atau telah meninggalkannya” (HR. Bukhari dan Nasa’i).

Dalam riwayat Muslim: “Tidak halal seorang mukmin meminang wanita yang telah dipinang saudaranya hingga dia meninggalkannya”. Dalam hadits Ibnu Umar: “Janganlah kalian meminang wanita yang telah dipinang saudaranya” (Muttafaqun ‘alaih). Dalam riwayat Bukhari: “Janganlah seorang laki-laki meminang di atas pinangan laki-laki lain hingga peminang sebelumnya meninggalkannya atau dengan seijinnya”.

Hadits-hadits tersebut menunjukkan atas haramnya pinangan seorang muslim di atas pinangan saudaranya, karena hal itu menyakiti peminang yang pertama dan menyebabkan permusuhan diantara manusia dan melanggar hak-hak mereka. Jika peminang pertama sudah ditolak atau peminang kedua diijinkan atau dia sudah meninggalkan wanita tersebut, maka boleh bagi peminang kedua untuk meminang wanita tersebut. Sesuai dengan sabda Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam: “Hingga dia diijinkan atau telah ditinggalkan”. Dan ini termasuk kehormatan seorang muslim dan haram untuk merusak kehormatannya.

Sebagian orang tidak peduli dengan hal ini, dia maju untuk meminang seorang wanita padahal dia mengetahui sudah ada yang mendahului meminangnya dan telah diterima oleh wanita tersebut. Kemudian dia melanggar hak saudaranya dan merusak pinangan saudaranya yang telah diterima. Hal ini adalah perbuatan yang sangat diharamkan dan pantas bagi orang yang maju untuk mengkhitbah wanita yang telah didahului oleh saudaranya ini untuk tidak diterima dan dihukum, juga mendapat dosa yang
sangat besar. Maka wajib bagi seorang muslim untuk memperhatikan masalah ini dan menjaga hak saudaranya sesama muslim. Sesungguhnya sangat besar hak seorang muslim atas saudara muslim lainnya. Janganlah meminang wanita yang sudah dipinang saudaranya dan jangan membeli barang yang dalam tawaran saudaranya dan jangan menyakiti saudaranya dengan segala bentuk hal yang menyakitkan.

Akad Nikah, Rukun dan Syarat-Syaratnya

Disunnahkan ketika hendak akad nikah, memulai dengan khutbah sebelumnya yang disebut khutbah Ibnu Mas’ud (khutbatul hajjah, pent) yang disampaikan oleh calon mempelai pria atau orang lain diantara para hadirin. Dan lafadznya sebagai berikut :

“Sesungguhnya segala puji bagi Allah. Kami memujiNya, memohon pertolongan dan ampunan-Nya, serta kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami dan keburukan amal usaha kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak yang berhak diibadahi melainkan Allah semata, tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya”. (HR. Imam yang lima dan Tirmidzi menghasankan hadits ini).

Setelah itu membaca tiga ayat Al-Qur’an berikut ini:

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (Ali ‘Imran: 102).

“Hai sekalian manusia bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya, dan daripada keduanya Allah mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. (QS. An Nisaa’: 1)

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”. (QS. Al-Ahzab: 70-71).

Adapun rukun-rukun akad nikah ada 3, yaitu:

1. Adanya 2 calon pengantin yang terbebas dari penghalang-penghalang sahnya nikah, misalnya: wanita tersebut bukan termasuk orang yang diharamkan untuk dinikahi (mahram) baik karena senasab, sepersusuan atau karena sedang dalam masa ‘iddah, atau sebab lain. Juga tidak boleh jika calon mempelai laki-lakinya kafir sedangkan mempelai wanita seorang muslimah. Dan sebabsebab lain dari penghalang-penghalang syar’i.

2. Adanya ijab yaitu lafadz yang diucapkan oleh wali atau yang menggantikannya dengan mengatakan kepada calon mempelai pria: “Saya nikahkan kamu dengan Fulanah”.

3. Adanya qobul yaitu lafadz yang diucapkan oleh calon mempelai pria atau orang yang telah diberi ijin untuk mewakilinya dengan mengucapkan : “Saya terima nikahnya”.

Syaikhul islam Ibnu Taymiah dan muridnya, Ibnul Qoyyim, menguatkan pendapat bahwa nikah itu sah dengan segala lafadz yang menunjukkan arti nikah, tidak terbatas hanya dengan lafadz Ankahtuka atau Jawwaztuka.

Orang yang membatasi lafadz nikah dengan Ankahtuka atau Jawwaztuka karena dua lafadz ini terdapat dalam Al Qur’an. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

“Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia” (QS. Al-Ahzab: 37)

Dan firman-Nya yang lain:

“Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu” (QS. An-Nisa’:22)

Akan tetapi kejadian yang disebutkan dalam ayat tersebut tidak berarti pembatasan dengan lafadz tersebut (tazwij atau nikah). Wallahu a’lam. Dan akad nikah bagi orang yang bisu bisa dengan tulisan atau isyarat yang dapat difahami. Apabila terjadi ijab dan qobul, maka sah-lah akad nikah tersebut walaupun diucapkan dengan senda gurau tanpa bermaksud menikah (Jika terpenuhi syarat dan tidak ada penghalang sah-nya akad, pent). Karena Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Ada 3 hal yang apabila dilakukan dengan main-main maka jadinya sungguhan dan jika dilakukan dengan sungguh-sungguh maka jadinya pun sungguhan. Yaitu: talak, nikah dan ruju’” (HR. Tirmidzi, no. 1184).

Adapun syarat-syarat sahnya nikah ada 4, yaitu:

1. Menyebutkan secara jelas (ta’yin) masing-masing kedua mempelai dan tidak cukup hanya mengatakan: “Saya nikahkan kamu dengan anak saya” apabila mempunyai lebih dari satu anak perempuan. Atau dengan mengatakan: “ Saya nikahkan anak perempuan saya dengan anak lakilaki anda” padahal ada lebih dari satu anak lakilakinya. Ta’yin bisa dilakukan dengan menunjuk langsung kepada calon mempelai, atau menyebutkan namanya, atau sifatnya yang dengan sifat itu bisa dibedakan dengan yang lainnya.

2. Kerelaan kedua calon mempelai. Maka tidak sah jika salah satu dari keduanya dipaksa untuk menikah, sebagaimana hadits Abu Hurairah:

“Janda tidak boleh dinikahkan sehingga dia diminta perintahnya, dan gadis tidak dinikahkan sehingga diminta ijinnya.” Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana ijinnya?”. Beliau menjawab: “Bila ia diam”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Kecuali jika mempelai wanita masih kecil yang belum baligh maka walinya boleh menikahkan dia tanpa seijinnya.

3. Yang menikahkan mempelai wanita adalah walinya. Berdasarkan sabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam: “Tidak sah pernikahan kecuali

dengan adanya wali” (HR. Imam yang lima kecuali Nasa’i).

Apabila seorang wanita menikahkan dirinya sendiri tanpa wali maka nikahnya tidak sah. Di antara hikmahnya, karena hal itu merupakan penyebab terjadinya perzinahan dan wanita biasanya dangkal dalam berfikir untuk memilih sesuatu yang paling maslahat bagi dirinya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an tentang masalah pernikahan, ditujukan kepada para wali:

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu” (QS. An-Nuur: 32)

“Maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka” (QS. Al-Baqoroh: 232)

dan ayat-ayat yang lainnya.

Wali bagi wanita adalah: bapaknya, kemudian yang diserahi tugas oleh bapaknya, kemudian ayah dari bapak terus ke atas, kemudian anaknya yang laki-laki kemudian cucu laki-laki dari anak lakilakinya terus ke bawah, lalu saudara laki-laki sekandung, kemudian saudara laki-laki sebapak, kemudian keponakan laki-laki dari saudara laki-laki sekandung kemudian sebapak, lalu pamannya yang sekandung dengan bapaknya, kemudian pamannya yang sebapak dengan bapaknya, kemudian anaknya paman, lalu kerabat-kerabat yang dekat keturunan nasabnya seperti ahli waris, kemudian orang yang memerdekakannya (jika dulu ia seorang budak, pent), kemudian baru hakim sebagai walinya.

4. Adanya saksi dalam akad nikah, sebagaimana hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Jabir:

“Tidak sah suatu pernikahan tanpa seorang wali dan dua orang saksi yang adil (baik agamanya, pent).” (HR. Al-Baihaqi dari Imran dan dari Aisyah, shahih, lihat Shahih Al-Jamius Shaghir oleh Syaikh Al-Albani no. 7557).

Maka tidak sah pernikahan kecuali dengan adanya dua orang saksi yang adil.

Imam Tirmidzi berkata: “Itulah yang difahami oleh para sahabat Nabi dan para Tabi’in, dan para ulama setelah mereka. Mereka berkata: “Tidak sah menikah tanpa ada saksi”. Dan tidak ada perselisihan dalam masalah ini diantara mereka. Kecuali dari kalangan ahlu ilmi uta’akhirin

(belakangan)”.

Walimatul ‘Urs (Pesta Perkawinan)

Walimah asalnya berarti sempurnanya sesuatu dan berkumpulnya sesuatu. Dikatakan ﻞﺟﺮﻟﺍ_ ﱂﻭﺃ_ (Awlamar Rajulu) jika terkumpul padanya akhlak dan kecerdasannya. Kemudian makna ini dipakai untuk penamaan acara makan-makan dalam resepsi pernikahan disebabkan berkumpulnya mempelai lakilaki dan perempuan dalam ikatan perkawinan. Dan tidak dinamakan walimah untuk selain resepsi pernikahan dari segi bahasa dan istilah fuqoha (para ulama). Padahal ada banyak jenis acara makan-makan yang dibuat dengan sebab-sebab tertentu, tetapi masing-masing memiliki penamaan tersendiri.

Hukum walimatul ‘urs adalah sunnah menurut jumhur ulama. Sebagian ulama mewajibkan walimah karena adanya perintah Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam dan wajibnya memenuhi undangan walimah. Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada ‘Abdurrahman bin ‘Auf radiyallahu ‘anhu ketika dia mengkhabarkan bahwa dia telah menikah

“Adakanlah walimah walaupun hanya dengan menyembelih seekor kambing” (HR. Bukhari dan Muslim).

Disamping hal itu, walimah yang seperti di atas tidak lepas dari kejelekan dan kesombongan serta berkumpulnya orang-orang yang biasanya tidak lepas dari kemungkaran. Terkadang walimah ini dilakukan di hotel-hotel yang menyebabkan para wanita tidak menghiraukan lagi pakaian yang menutup aurat, hilangnya rasa malu, bercampurnya wanita dengan laki-laki yang bisa jadi hal ini sebagai penyebab turunnya azab yang besar dari Allah.

Terkadang juga diselingi dalam pesta tersebut musik dan nyanyian yang menyenangkan para seniman, juga fotografer untuk memotret para wanita dan kedua mempelai, disamping menghabiskan harta yang banyak tanpa faedah bahkan dengan cara yang rusak dan menyebabkan kerusakan. Maka bertaqwalah kepada Allah wahai orang-orang yang seperti ini dan takutlah terhadap azab Allah.

Allah berfirman:

“Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang telah Kami binasakan, yang sudah bersenang-senang dalam kehidupannya” (QS. Al-Qoshosh: 58)

“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebihlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang berlebih-lebihan” (Al-A’rof: 31)

“Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan” (Al-Baqoroh: 60)

Dan ayat-ayat yang berkaitan dengan ini sangat banyak dan jelas.

Wajib bagi yang diundang untuk menghadiri walimatul ‘urs apabila terpenuhi syarat-syarat berikut ini:

1. Walimah tersebut adalah walimah yang pertamajika walimahnya dilakukan berulangkali. Dan tidak wajib datang untuk walimah yang selanjutnya, berdasarkan sabda Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Walimah pertama adalah hak (sesuai dengan syari’at, pent), walimah kedua adalah baik, dan walimah yang ketiga adalah riya’ dan sum’ah” (HR. Abu Dawud dan yang lainnya).

Syaikh Taqiyuddin berkata: “Diharamkan makan dan menyembelih yang melebihi batas pada hari berikutnya meskipun sudah menjadi kebiasaan masyarakat atau untuk membahagiakan keluarganya, dan pelakunya harus diberi hukuman”

2. Yang mengundang adalah seorang muslim

3. Yang mengundang bukan termasuk ahli maksiat yang terang-terangan melakukan kemaksiatannya, yang mereka itu wajib dijauhi.

4. Undangannya tertuju kepadanya secara khusus, bukan undangan umum.

5. Tidak ada kemungkaran dalam walimah tersebut seperti adanya khamr (minuman keras), musik, nyanyian dan biduan, seperti yang banyak terjadi dalam acara walimah sekarang.

Apabila terpenuhi syarat-syarat tersebut, maka wajib memenuhi undangan walimah, sebagaimana sabda Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam :

“Sejelek-jelek makanan adalah hidangan walimah yang orang-orang miskin tidak diundang tetapi orangorang yang kaya diundang. (Meskipun emikian)
barangsiapa yang tidak memenuhi undangan walimah berarti dia durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya”. (HR. Muslim).

Dan disunnahkan untuk mengumumkan pernikahan dan menampakkannya sebagaimana sabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Umumkanlah acara pernikahan”. Dan dalam riwayat lain: “Tampakkanlah acara pernikahan” (HR. Ibnu Majah)

Disunnahkan pula menabuh rebana sebagaimana sabda Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Pembeda antara nyanyian serta musik yang halal dan yang haram adalah nyanyian dan rebana dalam acara pernikahan” (HR. Nasa’i, Ahmad dan Tirmidzi. Dan Tirmidzi menghasankannya).

Sumber : http://atsarussalaf.wordpress.com


NASEHAT UNTUK KAUM MUSLIMIN MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Senin, 02-Agustus-2010, Penulis: Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz

Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz rahimahullah
(mufti agung Saudi ‘Arabia)

بسم الله والحمد لله وصلى الله على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن اهتدى بهداه، أما بعد:

Sesungguhnya aku menasehatkan kepada saudaraku-saudaraku kaum muslimin di mana pun berada terkait dengan masuknya bulan Ramadhan yang penuh barakah tahun 1413 H ini [1] dengan taqwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, berlomba-lomba dalam seluruh bentuk kebaikan, saling menasehati dengan al haq, dan bersabar atasnya, at-ta’awun (saling membantu) di atas kebaikan dan taqwa, serta waspada dari semua perkara yang diharamkan Allah dan dari segala bentuk kemaksiatan di manapun berada. Terlebih lagi pada bulan Ramadhan yang mulia ini, karena ia adalah bulan yang agung
Amalan-amalan shalih pada bulan itu dilipatgandakan (pahalanya), dosa dan kesalahan akan terampuni bagi siapa saja yang berpuasa dan mendirikannya (dengan amalan-amalan kebajikan) dengan penuh keimanan dan rasa harap (akan keutamaan dari-Nya), berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.

“Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan rasa harap, maka akan diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu. (HR. Al Bukhari 2014 dan Muslim 760)

Dan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam

إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ، وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِيْنُ.

Jika telah masuk bulan Ramadhan, pintu-pintu Al Jannah akan dibuka, pintu-pintu Jahannam akan ditutup, dan para syaitan akan dibelenggu.

(HR. Al Bukhari 1899 dan Muslim 1079)

Dan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam :

الصِّيَامُ جُنَّةٌ ، فَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ : إِنِّيْ صَائِمٌ.

Puasa itu adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah mengucapkan ucapan kotor, dan jangan pula bertindak bodoh, jika ada seseorang yang mencelanya atau mengganggunya, hendaklah mengucapkan: sesungguhnya aku sedang berpuasa. (HR. Al Bukhari 1904)

Dan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam

يَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ، الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، إِلاَّ الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ، تَرَكَ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ وَشَرَابَهُ مِنْ أَجْلِيْ، لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ، فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ، وَلَخُلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ عِنْدَ اللهِ أَطْيَبُ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: Semua amalan anak Adam untuknya, setiap satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya, kecuali puasa, sesungguhnya ia untuk-Ku, Aku yang akan membalasnya. Karena seorang yang berpuasa telah meninggalkan syahwat, makan, dan minumnya karena Aku. Bagi seorang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan: gembira ketika berbuka, dan gembira ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut seorang yang berpuasa itu di sisi Allah lebih wangi daripada minyak wangi misk. (HR. Al Bukhari 1904 dan Muslim 1151)

Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan kabar gembira kepada para shahabatnya dengan masuknya bulan Ramadhan. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda kepada mereka:

أتاكم شهر رمضان شهر بركة، ينزل الله فيه الرحمة، ويحط الخطايا، ويستجيب الدعاء، ويباهي الله بكم ملائكته ، فأروا الله من أنفسكم خيرا ؛ فإن الشقي من حرم فيه رحمة الله

Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh barakah. Allah menurunkan padanya rahmah, menghapus kesalahan-kesalahan, mengabulkan do’a, dan Allah membanggakan kalian di hadapan para malaikat-Nya, maka perlihatkanlah kepada Allah kebaikan dari diri-diri kalian, sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang diharamkan padanya rahmat Allah. (Dalam Majma’ Az-Zawa`id Al-Haitsami menyebutkan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dalam Al-Kabir)

Dan beliau ‘Alaihish Shalatu Wassalam bersabda

من لم يدع قول الزور والعمل به والجهل ، فليس لله حاجة في أن يدع طعامه وشرابه

Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan yang haram dan mengamalkannya, ataupun bertindak bodoh, maka Allah tidak butuh dengan upaya dia dalam meninggalkan makan dan minumnya. (HR Al Bukhari dalam Shahihnya).

Hadits-hadits tentang keutamaan bulan Ramadhan dan dorongan untuk memperbanyak amalan di dalamnya sangatlah banyak.

Maka aku juga mewasiatkan kepada saudara-saudaraku kaum muslimin untuk istiqmah pada siang dan malam-malam bulan Ramadhan dan berlomba-lomba dalam segala bentuk amalan kebaikan, di antaranya adalah memperbanyak qira’ah (membaca) Al Qur’anul Karim disertai dengan tadabbur (upaya mengkajinya) dan ta’aqqul (upaya memahaminya), memperbanyak tasbih, tahmid, tahlil, takbir, dan istighfar, serta memohon kepada Allah Al Jannah, berlindung kepada-Nya dari An Nar, dan do’a-do’a kebaikan yang lainnya.

Sebagaimana aku wasiatkan juga kepada saudara-saudaraku untuk memperbanyak shadaqah, membantu para fakir miskin, peduli untuk mengeluarkan zakat dan menyalurkannya kepada yang berhak menerimanya, disertai juga dengan kepedulian untuk berdakwah ke jalan Allah subhanahu, memberikan pengajaran kepada orang jahil, dan melakukan amar ma’ruf nahi mungkar dengan cara yang lembut, hikmah, dan metode yang baik, disertai juga dengan sikap hati-hati dari segala bentuk kejelekan, dan senantiasa bertaubat dan istiqmah di atas al-haq dalam rangka mengamalkan firman-Nya subhanahu:

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (An Nur: 31)

Dan firman-Nya ‘Azza wa Jalla :

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ . أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Rabb kami adalah Allah, kemudian mereka tetap istioqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada pula berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni Al Jannah, mereka kekal di dalamnya, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. (Al Ahqaf: 13-14)

Mudah-mudahan Allah memberikan taufiq bagi semuanya kepada perkara-perkara yang diridhai-Nya, dan mudah-mudahan Allah melindungi semuanya dari kesesatan (yang disebabkan) fitnah dan gangguan-gangguan setan. Sesungguhnya Dia Maha Dermawan lagi Maha Mulia.

[1] Nasehat ini disampaikan pada 1413 H. namun karena isi nasehat ini tidak pernah kadaluwarsa dan senantiasa relevan maka kami tampilkan kembali meskipun sudah berlalu 7 tahun yang lalu.
www.darussalaf.or.id

info kajian


BERITA GEMBIRA BAGI KAUM MUSLIMIN DIKALIMANTAN BARAT …
BIIDZNILLAH AKAN DIADAKAN CERAMAH ISLAM BEKAL MENGHIDUPKAN BULAN RAMADHAN :

I. “ HUKUM – HUKUM SEPUTAR PUASA RAMADHAN ”
[ kajian kitab Ash Shiyam dari Bulughul Marom karya Ibnu Hajar ]
BERSAMA UST. ABU UNAISAH JABIR TW hafidzohulloh [murid Ma’had Darul Hadits Salafiyyah, Dammaj, Yaman ]
HARI AHAD ( 21 SYA’BAN 1431 H / 01 AGUSTUS 2010 M ) JAM 10 : 00 – 17 : 00 WIB
BERTEMPAT DIMASJID DARUSSALAM AL ‘ARIF PITI JL. TANJUNG PURA [ DEPAN HOTEL MUSLIM ]

II. “ MU’AMALAH SEORANG MUSLIM TERHADAP ALQUR’AN ”
[ kajian kitab At Tibyan Fi Adabi Hamalatil Qur’an karya An Nawawiy ]
BERSAMA UST. JAUHARY Lc. Hafidzohulloh [ S1 Fak. Al Qur’an Univ. Islam Madinah, KSA ]
HARI SENIN ( 22 SYA’BAN 1431 H / 02 AGUSTUS 2010 M ) JAM 16 : 00 – 21 : 00 WIB & SELASA ( 23 SYA’BAN 1431 H / 03 AGUSTUS 2010 M ) JAM 16 : 00 – 21 : 00 WIB
BERTEMPAT DIMASJID DARUSSALAM AL ‘ARIF PITI JL. TANJUNG PURA [ DEPAN HOTEL MUSLIM]
Informasi : 1. Abu Irhasy HP 085252291572
2. Abu Humaid HP 081256225875

canda nya rasul


Suatu ketika, Rasulullah saw dan para sahabat ra sedang ifthor. Hidangan pembuka puasa dengan kurma dan air putih. Dalam suasana hangat itu, Ali bin Abi Tholib ra timbul isengnya. Ali ra mengumpulkan kulit kurma-nya dan diletakkan di tempat kulit kurma Rasulullah saw.

Kemudian Ali ra dengan tersipu-sipu mengatakan kalau Rasulullah saw sepertinya sangat lapar dengan adanya kulit kurma yang lebih banyak. Rasulullah saw yang sudah mengetahui keisengan Ali ra segera “membalas” Ali ra dengan mengatakan kalau yang lebih lapar sebenarnya siapa? (antara Rasulullah saw dan Ali ra). Sedangkan tumpukan kurma milik Ali ra sendiri tak bersisa. (HR. Bukhori, dhoif)
Aisyah RA berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah SAW dalam suatu perjalanan, saat itu tubuhku masih ramping. Beliau lalu berkata kepada para sahabat beliau, ”Silakan kalian berjalan duluan!”

Para sahabat pun berjalan duluan semua, kemudian beliau berkata kepadaku, “Marilah kita berlomba.” Aku pun menyambut ajakan beliau dan ternyata aku dapat mendahului beliau dalam berlari.

Beberapa waktu setelah kejadian itu dalam sebuah riwayat disebutkan:”Beliau lama tidak mengajakku bepergian sampai tubuhku gemuk dan aku lupa akan kejadian itu.”-suatu ketika aku bepergian lagi bersama beliau.

Beliau pun berkata kepada para sahabatnya. “Silakan kalian berjalan duluan.” Para sahabat pun kemudian berjalan lebih dulu. kemudian beliau berkata kepadaku, “Marilah kita berlomba.”

Saat itu aku sudah lupa terhadap kemenanganku pada waktu yang lalu dan kini badanku sudah gemuk. Aku berkata, “Bagaimana aku dapat mendahului engkau, wahai Rasulullah, sedangkan keadaanku seperti ini?” Beliau berkata, “Marilah kita mulai.” Aku pun melayani ajakan berlomba dan ternyata beliau mendahului aku. Beliau tertawa seraya berkata, ” Ini untuk menebus kekalahanku dalam lomba yang dulu.” (HR Ahmad dan Abi Dawud)





Rasulullah SAW juga pernah bersabda kepada ‘Asiyah, “Aku tahu saat kamu senang kepadaku dan saat kamu marah kepadaku.” Aisyah bertanya, “Dari mana engkau mengetahuinya?”

Beliau menjawab, ” Kalau engkau sedang senang kepadaku, engkau akan mengatakan dalam sumpahmu “Tidak demi Tuhan Muhammad”

Akan tetapi jika engkau sedang marah, engkau akan bersumpah, “Tidak demi Tuhan Ibrahim!”. Aisyah pun menjawab, “Benar, tapi demi Allah, wahai Rasulullah, aku tidak akan meninggalkan, kecuali namamu saja” (HR Bukhari dan Muslim)www.belajaraffiliasi.com.

canda dan gurau nya Rasulullah


Rasulullah SAW bergaul dengan semua orang. Baginda menerima hamba, orang buta, dan anak-anak. Baginda bergurau dengan anak kecil, bermain-main dengan mereka, bersenda gurau dengan orang tua. Akan tetapi Baginda tidak berkata kecuali yang benar saja.
Suatu hari seorang perempuan datang kepada beliau lalu berkata,
"Ya Rasulullah! Naikkan saya ke atas unta", katanya.
"Aku akan naikkan engkau ke atas anak unta", kata Rasulullah SAW.
"Ia tidak mampu", kata perempuan itu.
"Tidak, aku akan naikkan engkau ke atas anak unta".
"Ia tidak mampu".
Para sahabat yang berada di situ berkata,
"bukankah unta itu juga anak unta?"

Datang seorang perempuan lain, dia memberitahu Rasulullah SAW,
"Ya Rasulullah, suamiku jatuh sakit. Dia memanggilmu".
"Semoga suamimu yang dalam matanya putih", kata Rasulullah SAW.
Perempuan itu kembali ke rumahnya. Dan dia pun membuka mata suaminya. Suaminya bertanya dengan keheranan, "kenapa kamu ini?".
"Rasulullah memberitahu bahwa dalam matamu putih", kata istrinya menerangkan. "Bukankah semua mata ada warna putih?" kata suaminya.
Seorang perempuan lain berkata kepada Rasulullah SAW,
"Ya Rasulullah, doakanlah kepada Allah agar aku dimasukkan ke dalam syurga". "Wahai ummi fulan, syurga tidak dimasuki oleh orang tua".
Perempuan itu lalu menangis.
Rasulullah menjelaskan, "tidakkah kamu membaca firman Allah ini,

Serta kami telah menciptakan istri-istri mereka dengan ciptaan istimewa, serta kami jadikan mereka senantiasa perawan (yang tidak pernah disentuh), yang tetap mencintai jodohnya, serta yang sebaya umurnya".

Para sahabat Rasulullah SAW suka tertawa tapi iman di dalam hati mereka bagai gunung yang teguh. Na'im adalah seorang sahabat yang paling suka bergurau dan tertawa. Mendengar kata-kata dan melihat gelagatnya, Rasulullah turut tersenyum.iatt.depperin.go.id

pacaran menurut islam


a. Islam Mengakui Rasa Cinta

Islam mengakui adanya rasa cinta yang ada dalam diri manusia. Ketika seseorang memiliki rasa cinta, maka hal itu adalah anugerah Yang Kuasa. Termasuk rasa cinta kepada wanita (lawan jenis) dan lain-lainnya.

“Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik .”(QS. Ali Imran :14).

Khusus kepada wanita, Islam menganjurkan untuk mengejwantahkan rasa cinta itu dengan perlakuan yang baik, bijaksana, jujur, ramah dan yang paling penting dari semau itu adalah penuh dengan tanggung-jawab. Sehingga bila seseorang mencintai wanita, maka menjadi kewajibannya untuk memperlakukannya dengan cara yang paling baik.

Rasulullah SAW bersabda,”Orang yang paling baik diantara kamu adalah orang yang paling baik terhadap pasangannya (istrinya). Dan aku adalah orang yang paling baik terhadap istriku”.

b. Cinta Kepada Lain Jenis Hanya Ada Dalam Wujud Ikatan Formal

Namun dalam konsep Islam, cinta kepada lain jenis itu hanya dibenarkan manakala ikatan di antara mereka berdua sudah jelas. Sebelum adanya ikatan itu, maka pada hakikatnya bukan sebuah cinta, melainkan nafsu syahwat dan ketertarikan sesaat.

Sebab cinta dalam pandangan Islam adalah sebuah tanggung jawab yang tidak mungkin sekedar diucapkan atau digoreskan di atas kertas surat cinta belaka. Atau janji muluk-muluk lewat SMS, chatting dan sejenisnya. Tapi cinta sejati haruslah berbentuk ikrar dan pernyataan tanggung-jawab yang disaksikan oleh orang banyak.

Bahkan lebih ‘keren’nya, ucapan janji itu tidaklah ditujukan kepada pasangan, melainkan kepada ayah kandung wanita itu. Maka seorang laki-laki yang bertanggung-jawab akan berikrar dan melakukan ikatan untuk menjadikan wanita itu sebagai orang yang menjadi pendamping hidupnya, mencukupi seluruh kebutuhan hidupnya dan menjadi `pelindung` dan ‘pengayomnya`. Bahkan `mengambil alih` kepemimpinannya dari bahu sang ayah ke atas bahunya.

Dengan ikatan itu, jadilah seorang laki-laki itu `the real gentleman`. Karena dia telah menjadi suami dari seorang wnaita. Dan hanya ikatan inilah yang bisa memastikan apakah seorang laki-laki itu betul serorang gentlemen atau sekedar kelas laki-laki iseng tanpa nyali. Beraninya hanya menikmati sensasi seksual, tapi tidak siap menjadi the real man.

Dalam Islam, hanya hubungan suami istri sajalah yang membolehkan terjadinya kontak-kontak yang mengarah kepada birahi. Baik itu sentuhan, pegangan, cium dan juga seks. Sedangkan di luar nikah, Islam tidak pernah membenarkan semua itu. Kecuali memang ada hubungan `mahram` (keharaman untuk menikahi). Akhlaq ini sebenarnya bukan hanya monopoli agama Islam saja, tapi hampir semua agama mengharamkan perzinaan. Apalagi agama Kristen yang dulunya adalah agama Islam juga, namun karena terjadi penyimpangan besar sampai masalah sendi yang paling pokok, akhirnya tidak pernah terdengar kejelasan agama ini mengharamkan zina dan perbuatan yang menyerampet kesana.

Sedangkan pemandangan yang lihat dimana ada orang Islam yang melakukan praktek pacaran dengan pegang-pegangan, ini menunjukkan bahwa umumnya manusia memang telah terlalu jauh dari agama. Karena praktek itu bukan hanya terjadi pada masyarakat Islam yang nota bene masih sangat kental dengan keaslian agamanya, tapi masyakat dunia ini memang benar-benar telah dilanda degradasi agama.

Barat yang mayoritas nasrani justru merupakan sumber dari hedonisme dan permisifisme ini. Sehingga kalau pemandangan buruk itu terjadi juga pada sebagian pemuda-pemudi Islam, tentu kita tidak melihat dari satu sudut pandang saja. Tapi lihatlah bahwa kemerosotan moral ini juga terjadi pada agama lain, bahkan justru lebih parah.

c. Pacaran Bukan Cinta
Melihat kecenderungan aktifitas pasangan muda yang berpacaran, sesungguhnya sangat sulit untuk mengatakan bahwa pacaran itu adalah media untuk saling mencinta satu sama lain. Sebab sebuah cinta sejati tidak berentu sebuah perkenalan singkat, misalnya dengan bertemu di suatu kesempatan tertentu lalu saling bertelepon, tukar menukar SMS, chatting dan diteruskan dengan janji bertemua langsung.

Semua bentuk aktifitas itu sebenarnya bukanlah aktifitas cinta, sebab yang terjadi adalah kencan dan bersenang-senang. Sama sekali tidak ada ikatan formal yang resmi dan diakui. Juga tidak ada ikatan tanggung-jawab antara mereka. Bahkan tidak ada ketentuan tentang kesetiaan dan seterusnya.

Padahal cinta itu memiliki, tanggung-jawab, ikatan syah dan sebuah harga kesetiaan. Dalam format pacaran, semua instrumen itu tidak terdapat, sehingga jelas sekali bahwa pacaran itu sangat berbeda dengan cinta.

d. Pacaran Bukanlah Penjajakan / Perkenalan
Bahkan kalau pun pacaran itu dianggap sebagai sarana untuk saling melakukan penjajakan, perkenalan atau mencari titik temu antara kedua calon suami istri, bukanlah anggapan yang benar. Sebab penjajagan itu tidak adil dan kurang memberikan gambaran sesungguhnya dari data yang diperlukan dalam sebuah persiapan pernikahan.

Dalam format mencari pasangan hidup, Islam telah memberikan panduan yang jelas tentang apa saja yang perlu diperhitungkan. Misalnya sabda Rasulullah SAW tentang 4 kriteria yang terkenal itu.

Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW berdabda,”Wanita itu dinikahi karena 4 hal : [1] hartanya, [2] keturunannya, [3] kecantikannya dan [4] agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat. (HR. Bukhari Kitabun Nikah Bab Al-Akfa’ fiddin nomor 4700, Muslim Kitabur-Radha’ Bab Istihbabu Nikah zatid-diin nomor 2661)

Selain keempat kriteria itu, Islam membenarkan bila ketika seorang memilih pasangan hidup untuk mengetahui hal-hal yang tersembunyi yang tidak mungkin diceritakan langsung oleh yang bersangkutan. Maka dalam masalah ini, peran orang tua atau pihak keluarga menjadi sangat penting.

Inilah proses yang dikenal dalam Islam sebaga ta’aruf. Jauh lebih bermanfaat dan objektif ketimbang kencan berduaan. Sebab kecenderungan pasangan yang sedang kencan adalah menampilkan sisi-sisi terbaiknya saja. Terbukti dengan mereka mengenakan pakaian yang terbaik, bermake-up, berparfum dan mencari tempat-tempat yang indah dalam kencan. Padahal nantinya dalam berumah tangga tidak lagi demikian kondisinya.

Istri tidak selalu dalam kondisi bermake-up, tidak setiap saat berbusana terbaik dan juga lebih sering bertemua dengan suaminya dalam keadaan tanpa parfum. Bahkan rumah yang mereka tempati itu bukanlah tempat-tempat indah mereka dulu kunjungi sebelumnya. Setelah menikah mereka akan menjalani hari-hari biasa yang kondisinya jauh dari suasana romantis saat pacaran.

Maka kesan indah saat pacaran itu tidak akan ada terus menerus di dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan demikian, pacaran bukanlah sebuah penjajakan yang jujur, sebaliknya sebuah penyesatan dan pengelabuhan.

Dan tidak heran kita dapati pasangan yang cukup lama berpacaran, namun segera mengurus perceraian belum lama setelah pernikahan terjadi. Padahal mereka pacaran bertahun-tahun dan membina rumah tangga dalam hitungan hari. Pacaran bukanlah perkenalan melainkan ajang kencan saja.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

Pusat Konsultasi syariah

gusti.blogsome.com

bidadari bermata jeli


Dalam suatu kisah yang dipaparkan Al Yafi’i dari Syeikh Abdul Wahid bin Zahid, dikatakan: Suatu hari ketika kami sedang bersiap-siap hendak berangkat perang, aku meminta beberapa teman untuk membaca sebuah ayat. Salah seorang lelaki tampil sambil membaca ayat Surah At Taubah ayat 111, yang artinya sebagai berikut :

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka”

Selesai ayat itu dibaca, seorang pemuda yang berusia sekitar 15 tahunan bangkit dari tempat duduknya. Ia berkata:”Wahai Abdul Wahid, benarkah Allah membeli dari orang-orang mu’min diri dan harta mereka dengan surga untuk mereka?” “Ya, benar, anak muda” kata Abdul Wahid. Anak muda itu melanjutkan:”Kalau begitu saksikanlah, bahwa diriku dan hartaku mulai sekarang aku jual dengan surga.”

Anak muda yang mendapat harta warisan cukup besar dari ayahnya yang telah meninggal itu kemudian mengeluarkan semua hartanya untuk disedekahkan bagi perjuangan. Hanya kuda dan pedangnya saja yang tersisa. Sampai tiba waktu pemberangkatan pasukan, ternyata pemuda itu telah datang lebih awal. Dialah orang yang pertama kali kulihat. Dalam perjalanan ke medan perang pemuda itu kuperhatikan siang berpuasa dan malamnya dia bangun untuk beribadah. Dia rajin mengurus unta-unta dan kuda tunggangan pasukan serta sering menjaga kami bila sedang tidur.

Sewaktu sampai di daerah Romawi dan kami sedang mengatur siasat pertempuran, tiba-tiba dia maju ke depan medan dan berteriak:”Hai, aku ingin segera bertemu dengan Bidadari Bermata Jeli ....” Kami menduga dia mulai ragu dan pikirannya kacau, kudekati dan kutanyakan siapakah Bidadari Bermata Jeli itu. Ia menjawab: “Tadi sewaktu aku sedang kantuk, selintas aku bermimpi. Seseorang datang kepadaku seraya berkata: “Pergilah kepada Bidadari Bermata Jeli.” Ia juga mengajakku memasuki taman yang di bawahnya terdapat sungai dengan air yang sangat jernih dan dipinggirnya nampak para bidadari duduk berhias dengan mengenakan perhiasan-perhiasan yang indah. Manakala melihat kedatanganku, mereka bergembira seraya berkata: “Inilah suami Bidadari Bermata Jeli . . . . .”

“Assalamu’alaikum” kataku bersalam kepada mereka. “Adakah di antara kalian yang bernama Bidadari Bermata Jeli?” Mereka menjawab salamku dan berkata: “Tidak, kami ini adalah pembantunya. Teruskanlah langkahmu.”

Aku meneruskan langkah hingga sampai pada taman yang lebih indah dari yang telah kulihat, dan di bawahnya mengalir sungai dari air susu yang putih bersih. Di pinggirnya duduk para bidadari yang lebih cantik dari bidadari sebelumnya. Mereka adalah bidadari yang paling cantik yang pernah kulihat, yang mengenakan perhiasan-perhiasan yang lebih indah. Saat melihat kedatanganku, mereka bergembira seraya berkata: “Inilah suami Bidadari Bermata Jeli . . . . .”

“Assalamu’alaikum” kataku bersalam kepada mereka. “Adakah di antara kalian yang bernama Bidadari Bermata Jeli?” Mereka menjawab salamku dan juga berkata: “Tidak, kami ini adalah pembantunya. Teruskanlah langkahmu.”

Aku meneruskan langkah hingga sampai pada taman yang lebih indah lagi dari yang telah kulihat, dan di bawahnya mengalir air madu yang tidak akan berubah rasa. Di pinggirnya duduk para bidadari yang lebih cantik dari bidadari sebelumnya. Mereka adalah bidadari yang paling cantik yang pernah kulihat, yang mengenakan perhiasan-perhiasan yang lebih indah. Ketika melihat kedatanganku, mereka bergembira seraya berkata: “Inilah suami Bidadari Bermata Jeli . . . . .”

“Assalamu’alaikum” kataku bersalam kepada mereka. “Adakah di antara kalian yang bernama Bidadari Bermata Jeli?” Mereka menjawab salamku dan lagi-lagi berkata: “Tidak, kami ini adalah pembantunya. Teruskanlah langkahmu.”

Aku meneruskan langkah hingga sampai pada taman yang lebih indah dari yang telah kulihat, dan di bawahnya mengalir sungai khamar. Di pinggirnya duduk para bidadari yang lebih cantik lagi dari bidadari sebelumnya. Mereka adalah bidadari-bidadari yang paling cantik yang pernah kulihat, yang mengenakan perhiasan-perhiasan yang lebih indah lagi. Tatkala melihat kedatanganku, mereka bergembira seraya berkata: “Inilah suami Bidadari Bermata Jeli . . . . .”

“Assalamu’alaikum” kataku bersalam kepada mereka. “Adakah di antara kalian yang bernama Bidadari Bermata Jeli?” Mereka menjawab salamku dan seperti bidadari-bidadari sebelumnya berkata: “Tidak, kami ini adalah pembantunya. Teruskanlah langkahmu.”

Aku kembali meneruskan perjalananku dan akhirnya aku sampai pada kemah yang terbuat dari mutiara berwarna putih. Di pintu kemah terdapat seorang bidadari yang lebih cantik dari bidadari-bidadari yang tadi kulihat di pinggir sungai-sungai. Sewaktu melihat kehadiranku dia nampak sangat gembira dan memanggil-manggil yang ada di dalam: “Hai Bidadari Bermata Jeli, ini suamimu datang ..…”

Ketika aku dipersilahkan masuk kulihat bidadari yang sangat cantik duduk di atas sofa emas yang ditaburi permata dan yaqut. Dia adalah sosok bidadari yang jauh lebih cantuk dari yang kutemui di sungai-sungai, dan juga yang berjaga di depan kemah. Waktu aku mendekat dia berkata: “Bersabarlah, kamu belum diijinkan lebih dekat kepadaku, karena ruh kehidupan dunia masih ada dalam dirimu. Nanti sore kita akan bertemu lagi di sini, untuk berbuka puasa bersama. Bersabarlah hingga saat itu tiba.” Anak muda melanjutkan kisah mimpinya: “Lalu aku terbangun, wahai Abdul Hamid. Aku tidak sabar lagi menanti terlalu lama”.

Belum lagi percakapan kami selesai, tiba-tiba sekelompok pasukan musuh terdiri atas sembilan orang menyerbu kami. Pemuda itu segera bangkit dan melabrak mereka. Selesai pertempuran aku mencoba meneliti, kulihat anak muda itu penuh luka di tubuhnya dan berlumuran darah. Ia nampak tersenyum gembira, senyum penuh kebahagiaan, hingga ruhnya berpisah dari badannya untuk meninggalkan dunia

shirotsuya.multiply.com

yang dimandikan para malaikat


abughifari.wordpress.com
Ketika akan berangkat perang membela agama Islam, dia belum sempat mandi jinabat. Maka, ketika gugur sebagai syuhada, dia dimandikan oleh para malaikat.

Hanzhalah bin Abu Amir adalah anak pemimpin suku Aus yang terbilang kaya di Yastrib (Madinah) pada masa menjelang hijrahnya Nabi Muhammad ke sana. Ayahnya, Abu Amir bin Shaify, orang yang sangat benci kepada Islam. Pada zaman jahiliyah, dia mendapat julukan Abu Amir Sang Pendeta, tetapi julukan itu berbalik menjadi Abu Amir lelaki Fasik ketika Yastrib sudah dikuasai oleh kaum muslim.

Pernah dengan angkuh Abu Amir berkata, “Jika aku menyeru kaumku yang sudah masuk Islam, mereka pasti akan mengikutiku dan bergabung dengan kaum Quraisy.”

Tapi baru saja mulutnya menyebutkan nama dirinya, “Wahai bani Aus, aku Abu Amir..”, orang-orang Aus yang muslim menimpali, “Wahai lelaki fasik, Allah tidak akan memberkatimu!” Mereka mengucapkan kalimat itu sambil melancarkan serangan yang menyebabkan Abu Amir melarikan diri. Nah, di antara penyerang itu, adalah anaknya sendiri, Hanzhalah.

Hanzhalah, yang telah masuk Islam, akhirnya menikah dengan Jamilah binti Abdullah bin Ubay bin Salul, anak sahabat bapaknya. Mertuanya itu dikenal sebagai tokoh munafik, menyembunyikan kekafiran dan menampakkan keimanan. Dia berpura-pura membela Nabi Muhammad dalam Perang Uhud; namun ketika rombongan pasukan muslim bergerak ke medan laga, ia menarik diri bersama orang-orangnya, kembali ke Madinah.

Pagi harinya, ketika mendengar seruan untuk berjihad, Hanzhalah mengambil pedang dan baju perangnya, langsung bergabung dengan induk pasukan muslim dan pergi berperang. Dalam peperangan itu, dia berhasil mendekati Abu Sufyan ketika teman-temannya justru melarikan diri ketakutan. Abu Sufyan, dalam duel satu lawan satu, terjatuh dari kudanya. Wajahnya pucat, ketakutan.

Pedang Hanzhalah yang berkilauan siap merobek lehernya. Dalam hitungan detik, nyawanya akan melayang. Tapi, dalam suasana genting itu, Abu Sufyan berteriak minta tolong, “Hai orang-orang Quraisy, tolong aku.”

Lantas orang-orang Quraisy di sekitarnya tanpa ampun mengayunkan pedangnya kepada Hanzhalah, dari kiri, kanan, dan belakang, sehingga Hanzhalah tersungkur. Dalam kondisi yang sudah parah, darah mengalir begitu deras dari tubuhnya, ia masih dihujani dengan lemparan tombak dari berbagai penjuru. Dan akhirnya…anak muda ini gugur sebagai syuhada.

Abu Sufyan, si pengecut itu, pun selamat dari tajamnya pedang Hanzhalah.

Seusai peperangan, Abu Amir dan Abu Sufyan mengitari medan laga dan mencari data sahabat-sahabat Nabi yang gugur. Biasanya mereka akan melampiaskan dendamnya dengan mencincang mayat-mayat musuhnya. Mereka menemukan jasad Kharijah bin Abu Suhair dari suku Khazraj, pemimpin Bani Kahzraj; Abbas bin Ubadah bin Fadhlah; Dzakwan bin Abu Qais, bangsawan Yastrib; dan tentu saja Hanzhalah.

“Anakku, kenapa kamu tidak mau mengikuti perintahku untuk tidak ikut berperang?” keluh Abu Amir dengan nada kesedihan. “Andaikan menaati perintahku, kamu akan hidup terhormat bersama kaum Aus.”

Kepada orang-orang Quraisy dia menyeru agar tidak mencincang jasad anaknya. Tapi dia sendiri mencincang bangkai orang lain.

Nabi Muhammad, yang diberi tahu hal itu, kemudian mendoakan, melihat ke langit, dan berkata kepada para sahabat, “Aku melihat, malaikat-malaikat sedang memandikan Hanzhalah bin Abu Amir di antara langit dan bumi dengan menggunakan air Muzn (mendung) yang diambil dari bejana perak.”

Kemudian beliau mengutus salah seorang sahabat untuk mengabarkan hal itu kepada istri Hanzhalah dan menanyakan apa yang dikerjakan suaminya sebelum pergi ke medan perang.

“Ketika mendengar panggilan perang, Hanzhalah dalam keadaan junub dan belum sempat mandi…,” kata Jamilah.

Beruntunglah Hanzhalah, syuhada yang telah dimandikan oleh para malaikat. Dia memperoleh kedudukan yang tinggi di haribaan Allah SWT. Itulah sebaik-baik tempat yang tidak semua orang mampu meraihnya.

Nabi Bersabda, “Allah SWT berfirman: Tiada balasan bagi hamba-Ku yang berserah diri saat Aku mengambil sesuatu yang dikasihinya di dunia, melainkan surga.” (HR Bukhari)

Tentang Hati


http://newrule-formyfuture.blogspot.com
Ada kerinduan yang mungkin tiada tersampaikan. Ada tangis yang tak mungkin mengalir dari mata hati. Ada sejuta asa yang digantungkan pada takdir yang Kuasa. Itulah cinta yang kurasa kini. Dikala penantian tak berujung menghanyutkanku pada sebuah kisah hati yang tak terbendung. Saat indah kusapa hadirmu mengerlingkan rasa ingin tahuku akan sebuah arti hadir hatiku disisimu. Menggelitik keinginanku untuk menyapa lembut keberadaanmu.<span class="fullpost"></span>




Namun semua sirna. Kucoba menahan egoku sebagai seorang hamba yang tiada kuasa menjaga terang dalam nuraninya. Melayangkan fikirku pada yang nyata dan tentunya ada. Takdir yang kelak akan membawaku menjalani kehidupan dalam naungan cinta suci-Nya Sang Maha Sempurna.

Indah warna yang kini terlukis dalam hidupku, membelaiku manja. Menggairahkan kembali sisi lain jiwaku yang telah lama terlelap. Aku dan hadirmu. Sebuah realitas yang hanya aku yang tahu, mengartikan ini semua dengan bahasa kalbu. Melagu, mengembara, meneteskan berjuta rasa yang hanya diketahui oleh-Nya Sang Penguasa Hati manusia.

Pergiku, menorehkan luka dalam dihatiku. Kerana hadirmu memanjakanku dalam setiap langkahku menapaki kembali masa-masa kecilku. Melenyapkan kekuatan yang selama ini kugenggam dalam meretas segala amanah-Nya yang dititipkan kepada jiwa ini. Membuatku kembali rapuh setelah sekian lama aku tegar dalam kesendirianku saat berdiri dan melangkah dengan tertatih.

Tiada ingin aku kehilangan, segala yang telah lama kuharapkan dalam angan. Kini aku harus mau membiarkan semua berlalu. Mengikhlaskan untuk pergi lebih jauh menghadapi kenyataan.
Aku dan sebuah harapan…

Saat ini, ketika kutuliskan sebuah kalimat hati yang tiada mungkin tersampaikan, mungkin hanya airmataku yang menetes menemaniku dalam setiap perjuangan. Kurasa kau tahu, ada yang begitu ingin kurajut bersamamu. Ya, itulah cinta-Nya. Berharap suatu saat kan kulihat senyum indahmu dikala hadir permata jiwa kita, buah hati titipan Sang Illahi yang kelak diamanahkan, menjadikanku seorang bidadari syurga yang menyandingmu dalam setiap dessah nafasmu.

Namun ternyata aku terlalu lemah untuk menjalani perjuanganku mengenalkanmu kepada-Nya. Duniamu terlalu keras untuk kutapaki, malam-malammu terlalu ramai untuk tempatku bermunajah, dan hatimu terlalu kokoh untuk dapat kubuka pintunya. Yang justru membuatku semakin pilu untuk berharap engkau dapat melihat dan merasakan hangat cahaya-Nya.

Kucoba mempertahankannya. Sebuah rasa yang kuharap dapat membuatku semakin dekat kepada-Nya.
Kucoba mengikuti langkahmu, berharap suatu saat nanti kau akan menatapku dengan senyuman kemudian menyapa hadirku dalam hidupmu dan kau kan berjalan bersamaku di jalan cinta-Nya.
Kucoba mendengar nuranimu, berharap suaranya yang begitu lemah akan bertambah kuat bersama nuraniku yang menguatkannya.

Jika aku menyerah hari ini.
Akankah ini sebuah akhir bagi kisah kita.
Jika aku menghentikan langkah kecilku saat ini.
Apakah aku akan tega meninggalkan sejuta asaku saat bersamamu.
Dan jika aku menulikan telingaku atas jeritan hati kecilmu yang begitu lemah,
Akankah aku menjadi bertambah kuat dalam pengembaraanku?

Kurasa aku kan bertahan
Sampai akhirnya Dia Sang Maha Kuasa akan menghentikan ini semua lewat takdir-Nya.
Terimakasih, karena kau buat aku yang lemah ini semakin bertambah kuat.
Untuk terus menunggu…

Menunggu

Dan menunggu…

Yang bisa kulakukan dalam setiap usahaku untuk membuka jalan fikirmu kepada hidayah-Nya…

Allah Menyukai Kalau HambaNya Kuat


kotasantri.com

Penulis : Rifatul Farida
Sebuah cerita mengawali putihnya hari, dalam rekah merah jingga di ufuk langit timur. Sepasang mata sayu yang kini mulai lembab. "Tes..." Butiran bening itu jatuh juga dari sudut mata. Sementara dari balik rasa haru, mataku iba menatap, seolah engkau berkata;<span class="fullpost">

"Biarkan ku menangis. Mengalirkan air mata yang telah lama membendung. Biarkan semuanya tahu, kalau memang aku hanya seseorang yang cengeng! Tak bisa lagi ku hidup dalam kamuflase, dan memang ku tak bisa lagi. Maka jangan memaksaku lagi menjadi kuat, jangan memaksaku lagi menjadi tegar, jangan memaksaku lagi bertahan dan menahan. Aku ingin berhenti. Tak mengapa jika harus kalah, karena memang aku menyerah dan pasrah. Tak mengapa jika segalanya berakhir sampai di sini."
Aku pun terpaku, ada rasa ngeri membayangkan bagaimana keadaan ruhanimu kini. Begitu hebatkah derita yang menimpamu hingga engkau tak hanya tergoncang, namun juga limbung dan jatuh bergulingan dari pucuk-pucuk ikhtiar?
Bukankah engkau tahu tentang kebaikan-kebaikan setiap takdirNya? Bukankah dalam setiap tahapan yang pernah engkau tapaki adalah semakin menguatnya keyakinanMu akan setiap jaminanNya? Kenapa musti khawatir, padahal pernah menguntai dari bibirmu sebaris kata bahwa, "Syetan selalu menghembuskan was-was di setiap hati." Dalam kesadaran, bertawakallah. Engkau hanya perlu bangkit dan tapaki lagi jalan itu.
Bahwa pada hakikatnya, tak perlu ada yang dikhawatirkan dalam hidup ini. Jalani, hadapi, dan nikmati pergiliran takdirNya dengan keimanan penuh. Tentang sebuah janji pasti, bahwa dengan ketakwaan ini, Allah SWT akan menolong dari arah yang tak pernah terlintas dalam benak.
Sahabatku, ayolah bangkit. Allah menyukai kalau hambaNya kuat!
***
rf_teruntuk seorang ukhti; don't worry be happy.</span>


kotasantri.com
Penulis : Rifatul Farida
Seruak rasa sedih hadir di hati. Melihat seorang teman lama yang dulu ketika masih dalam kebersamaan begitu anggun dengan jilbab lebarnya dan gamis. Bukan yang pertama kalinya, karena sebelumnya dalam kesempatan yang berbeda, 2 orang teman lama pun menyuguhkan hal yang sama di pandang mata, rok yang mengidentikkan dia adalah seorang 'akhwat' telah berganti menjadi celana ketat yang sering dijuluki penampilan modis.

Sebuah diskusi kecil dengan seorang sahabat dekat membicarakan fonemena ini baru saja terlakukan. Ternyata begitu mengejutkan mendengar pengalamannya yang dengan mudah seorang temannya melepas jilbabnya demi mengejar kesenangan pribadi yang semu. Identitas kemuslimahan yang seharusnya bukan sekedar menjadi kebanggaan pada Ad-Dien ini, bisa dengan mudah lumat dimakan waktu dan keadaan.

Mari kita berbicara tentang kemuslimahan ini!<span class="fullpost">

Allah SWT, Illah semesta alam yang Mahabijak telah memberikan aturan sedemikian rupa tentang bagaimana seorang wanita Islam memerankan tak hanya kewanitaannya, tapi juga status kemuslimahannya dalam kehidupan. Ada ketaatan-ketaatan yang seharusnya dijalani, semata bukan karena mengikuti arus lingkungan yang membentuk pribadinya menjadi wanita taat, tapi ruh ketaatan yang pada hakikatnya harus mengerti mengapa dan untuk apa kita melakukannya begitu. Sadar saja tidak cukup tanpa diiringi kefahaman, pun sebaliknya kefahaman juga butuh kesadaran dalam muara keikhlasan melakukan atau meninggalkan ketetapan aturan.

Di zaman yang dengan begitu mudah informasi dan pengetahuan apa pun diakses, tentunya kita semua telah mengetahuinya bagaimana Islam mengatur cara seorang muslimah berpakaian. Batasan-batasan syar'i pakaian seperti apa yang dimaksud pakaian takwa pun telah 'disepakati' bersama. Tidak tipis dan transparan dalam artian tanpa dobelan ketika memakai, tidak membentuk lekuk tubuh dalam konteks pakaian sempit/mempet dan tetap fungsi utamanya adalah sebagai pakaian takwa, bukan hiasan tubuh hingga atas nama itu menjadi begitu antusias update mode pakaian. Dan masih ada beberapa persyaratan lagi.

Syarat, menjadi tolak ukur benar tentang ketepatan syar'i tidaknya seorang muslimah mengenakan pakaian. Sehingga dalam hal ini, memenuhi semua syarat menjadi suatu kemutlakan. Pun tak perlu berdebat tentang muslimah yang pakaiannya syar'i tapi hatinya masih kotor, sehingga argumen pembenaran ini muncul; yang penting jilbabi dulu hatinya. Karena jelas ketetapan perintah itu, bahwa semua bagian fisik wajib ditutupi kecuali muka dan telapak tangan. Ini perintah yang sangat jelas, tentang bagaimana seorang muslimah memperlakukan fisiknya. Sementara hati adalah konteks lain yang tentunya juga harus diperhatikan.

Namun, masalah baru pun menemukan ruangnya untuk hadir, ketika menutup aurat bagi seorang muslimah hanya difahami sebatas perintah yang harus ditaati. Ketika hanya sebatas mampu menjawab tanya, "Mengapa harus menutup aurat?" dengan jawaban, "Karena sudah selayaknya seorang wanita Islam melakukannya begitu, dalilnya jelas dan menjadi kewajiban yang kalau dilanggar berarti dosa."
Mari kita telisik lebih dalam.

Tidak ada yang salah dengan alasan memenuhi kewajiban menutup aurat bagi seorang muslimah, karena memang demikian adanya. Namun, ketika itu hanya difahami sebagai sebuah kewajiban tanpa adanya upaya mengkaji dan mengetahui lebih dalam mengapa Allah SWT yang Maha Penyayang menginginkannya begitu, secara tidak disadari, barangkali seorang muslimah hanya menghargai jilbab sekedar penutup kepala. Padahal, ada nilai lain mampu menjadi karekter kuat alasan jilbab menjadi sesuatu yang patut dipertahankan sesuai syari'at. Sehingga di ujungnya, sebuah kesimpulan hadir dari kefahaman dan kesadaran diri, bahwa menjadi muslimah adalah anugerah yang tak hanya harus disyukuri, tapi juga dijaga oleh diri sendiri.

Jilbab, bukan hanya sekedar penutup kepala. Tapi adalah kehormatan dan harga diri muslimah. Ya, kehormatan dan harga diri, yang dalam hubungan sosial menjadi hal yang sensitif . Sehingga jika demikian seorang muslimah memberi nilai dan arti pada jilbabnya, maka tak ada lagi 'tawar menawar' syarat menutup aurat dengan berderet alasan logis namun dangkal dan menjerumuskan.

Bukankah Allah SWT telah begitu luar biasa memberikan penjagaan terhadap muslimah agar tidak mudah diganggu dengan perintah diwajibkannya menutup aurat? Dan sungguh, betapa Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.

***

Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin : "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab [33] : 59).</span>

untuk RARA/ ZAHRA ptk



tak pernah sedikitpun aku menduga akan merindunya. tak pernah terbersit sedikitpun aku akan mengingatnya. dia hanya wanita biasa. dia ibarat bintang yang bercahaya redup diantara terangnya cahaya rembulan. mungkin itu yang dulu membuatku melewatinya. aku terlalu memperhatikan cahaya rembulan, tanpa pernah memperdulikan cahaya bintang yang menerangiku secara perlahan, bahkan terlalu perlahan hingga saat ini baru kusadari setelah cahaya itu sirna dari mataku, namun tetap saja menyinari hatiku. wajahnya memancarkan pesona kelembutan yang sebenarnya sangat ku butuhkan. sifat penyabar terlihat jelas dari perangai nya. dia gadis biasa yang sangat luar biasa bagi ku.

Zahra, rara panggilannya. awal pertemuanku dengan nya saat aku bekerja sambilan di warnet sepupuku di jalan karimata pontianak. sudah sore saat dia datang. aku ingat sekali saat dia pertama kali kami bertemu, dia masih menggunakan sepeda. namun pada waktu itu aku hanya takjub melihat kesederhananya, tidak lebih. bagaimana tidak, saat jaman sekarang yang sudah langka melihat sepeda, seorang gadis sepertinya masih mau menggunakan sepeda.
pertemuanku yang ke dua, saat itu aku biasa saja saat dia datang. aku tidak terlalu memperhatikan pengunjung yang datang, coz pada waktu itu aku lagi seru-serunya main gunbound. aku tau kalau ada rara di antara pengunjung saat dia akan membayar tagihan. "berapa bang??" (emang aku tukang bakso). "1700" jawabku singkat (yaaa ampun, sampe tagihanya aja masih ku ingat, padahal tu tahun 2007-2008. sekarang tahun brp sech?). hampir saja tertawa ku pecah, saat ku dengar suara recehan (yang aku yakin pasti jumlahnya banyak) dari kantongnnya. dugaanku ne akhwat mungkin baru panen tabungan.

nahh, dari pertemuan ini, entah knp aku semakin rajin nungguin warnet (atau nungguin rara????). tp bnr aja, akhirnya akhwat yang ku tunggu datang setelah seminggu. yang namanya happy, jangan di tanya, pasti happy bung.tapi tak ada kata yang terucap. aku malu, entah kenapa, mungkin karna jilbabnya. aku merasa rara terlalu anggun untuk ku sapa.jadi, seperti dugaan kita semua, TAK ADA KATA YANG TERUCAP.

tapi akhirnya ketahuan juga keadaanku sama sepupuku. "kau kan cowok, klu kau ga' mulai, jangan harap ada permulaan. sekurang-kuranya tanya namanya, paling minimal ucapkan assalamualikum." sepupu ku ini jangan di tanya sifatnya, sampai gelar psikolog cinta pun berhak disandangnya. dari 54 pacarnya (sewaktu blm tau hukum islam), 53 diantaranya ninggalin dia, kabur ma cowok lain.sekarang dia udah tau klu pacaran tu haram, Alhamdulillah.
" kau berkelai brani, ngebut di jalan jg berani, tapi sama cewek?? NOL besar"
"tapi ini lain bro" kilahku
"ini akhwat, bukan cewek sembarangan, bukan cewek gampangan"
"hmm, klu begitu ini berat bung. cuma ada satu cara klu mmg kau mau hidup dgnanya. perbaiki diri,jadikan diri mu agar sebanding jika bersanding denganya." ciee, seumur hidup jadi sodaranya, baru kali ini omonganya masuk akal.

tapi aku jadi penasaran tentang rara, sudah hampir sebulan dia 'g kelihatan, ke mn y?. aku jadi ingat ucapan sohibku, USAHA DUNK. hmm jadi ku upah pasukan intel ku (dengan bayaran coklat) untuk mencari tau siapa sebenarnya RARA ini. tak butuh waktu lama, akhirnya aku tau sedikit tentang rara. rumahnya di jalan penjara Pontianak, kuliahnya di Untan, dia anak paling tua dikeluarganya. ayahanda nya bekerja di kantor Gubernur. hanya itu yang ku tau.

sebulan kemudian rara nongol lagi di warnet (nongol???? ada lagi maksudnya). makin ayu aja rara, makin elegant. saat dia sedang OL, otak ku pun sibuk merancang pertanyaan untuknya, akhirnya ku temukan pertanyaan untuknya "tinggalnya dimana?" sodara-sodara tau apa jawabanya "di bawah langit" singkat, padat, jelas, tapi senyumnya itu lho sodara-sodara, yaaa ampyur. mo lihat billing malah jadi matikan komputer jadinya. bayangin thu senyumnya, dahsyat, kalah minuman tebbs, coca cola juga salah segarnya.

akhirnya sampai aku harus berhenti kerja untuk lebih fokus kuliah, tak pernah lagi kulihat rara. terakhir kabar yang ku dengar "RARA udah pake cadar" Ya Allah Ya Rabb, semakin kuat hatiku untuk bersamanya, aku mengharapkan kebaikan agamanya untukku. pernah aku berpas-pasan di jalan dengan akhwat bercadar, warna hijau. walaupun aku tak bisa melihat wajahnya nya, namun aku yakin itu RARA.

sekarang,2010, Alhamdulillah, aku telah dan masih belajar lagi mendalami agamaku. Allah kirim untukku sahabat yang baik, ABU SAIF/ Syaifullah, untuk membantuku belajar Islam, jazakallah ya akhi. seiring berjalan nya waktu, niatku belajar tiak lagi karna RARA, ku temukan kedamaian di jalanku yang baru ini. Alhamdulillah.

tapi sekarang , kilatan bayangan RARA muncul kembali, entah kenapa justru semakin kuat.
RARA, aku tak tau lagi ke mana harus mencarimu. sekarang ilmu agamaku tak lagi mentah seperti dulu, sedikit demi sedikit aku sudah belajar, yang kurasa cukup untuk menjadi imam mu, namun tetap saja aku butuh teman untuk beribadah, aku harap kau bersedia.

RARA, kalau kau membaca tulisan ini,....aku tak tau bagaimana tanggapanmu, yang jelas aku berharap kau bersedia menemani ku beribadah kepada TUHAN kita,Tuhan seluruh makhluk, ALLAH, yang tidak ada Tuhan selain Dia.

Ya Rabb, kabulkanlah keinginanku untuk mempersuntingnya, tunjukan aku jalanya, serta mudahkanlah segala urusannya.

untuk akhi dan ukhti, aku mohon doa nya...

pacaran sebelum menikah????


wow, kalau untuk yang satu ini ga’ bakal ada yang bisa ngebantah. Di mulai dari PDKT, wuih indah banget y. biar hujan badai juga, tetep lanjut. Badan basah kusup sambil bawa bunga, dan segala yang berbau “CINTA”. Trus kalau PDKT udah sukses, nembak, untung-an diterima, lanjut dech. Awal nya makan bareng, trus jemput si do’I, beliih kado buat doi. Nah udah sampai yang namanya dekat, lanjut dech.

Bisa pegang tangan si doi, meluk doi dll. Kalau hujan bisa numpang nginap di tempat doi, GRATIS. Everything its FREE. Kalau “kebablasan” terpaksa meried, nah kalau udah ngerasa ga’ cocok, ini dia yang bikin enak, di tinggal kabur aja bro, cari pacar lagi. Trus bagi yang cewek ???? udah rosak total tuch, syukur2 ada cowok baik yang mau nerima trus ngajakin meried, kalau ga’??? mo gmn? Rugi kan si cew, sementara si cowok udah cari “mangsa” lagi.

Makanya buat saudara-saudari ku, mendingan jangan pacaran dech. Inget, setelah semua yg kita lakuin masih ada yang namanya “kampung akhirat”,.kita bakal mempertanggungjawabkan perbuatan kita.

Ingat para wanita, anda2 bukan barang dagangan yg bisa di coba2. Anda2 mahluk yang seharusnya di lindungi , bukan di jadikan mainan. Kalau mau dapet suami yang baik, bukan pacaran solusinya. Kalau pengen ada yg melindungi bukan pacaran solusinya. Kalau pengen ada yang nyayangin juga bukan pacaran solusinya. Kita semua tau kan, “kalau pengen dapat suami/ istri yang baik, maka kita juga harus baik”.

Trus buat yang cowok ne, walaupun ga’ ada ruginya, tapi secara moral harus ada dunk, inget ente2 semua kan punya adik, kakak, sodara dll, emang mau kalau sodaranya di jadikan bahan pelampiasan nafsu. Lagian kalau ente terus pacaran, di jamin ga’ bakal dapet pasangan yg bagus, karna “laki-laki yg baik akan mendapatkan wanita yg baik, sedangkan laki-laki penzinah akan mendapatkan wanita penzinah” emang mau punya istri penzinah?? Bekas orang??.

Trus solusinya gmn??

Ini dia yang di tunggu2, PACARAN SETELAH MENIKAH

Ini dia yg paling dahsyat, yg udah sesuai dengan aturan. Kita pake cara yg lebih aman dan halal, ta’aruf. Lebih dag-dig-dug dan lebih menyenangkan. Trus kalau udah udah resmi nikah, rasanya akan lebih indah, memegang tangan istri aja bikin jantung serasa mo copot, belum lagi….. wuiiihhh halal dech pokoke, terhitung ibadah malah.

Ini baru pendahuluan bro, selanjutnya akan ada lagi (insyaAllah) lanjutan dari artikel ini, oke ????

tipu daya fashion


Bismillah
Jaman sekarang sebenarnya adalah jaman penipuan.
Banyak orang2 yang menyatakan “ini adalah modernisasi”, namun mereka semua penipu dan juga tertipu. Semuanya mengatas namakan modernisasi, padahal kalau di tanya dengan sebanar tanya, dan mereka berani jujur untuk menjawab, saya yakin mereka tau bahwa apa yang mereka lakukan sekarang adalah modernisasi yang kebablasan. Semua nya serba bumbu maksiat yang ditiupkan oleh setan. Kita lihat saja disekitar kita, yang paling nyata adalah pola hidup yang sudah benar2 mengadaptasi dunia barat (KAFIR) dalam kehidupan sehari-hari. Mereka tidak sadar akan ancaman tentang hal ini
” Barangsiapa menyerupai (meniru-niru) tingkah-laku suatu kaum maka dia tergolong dari mereka. (HR. Abu Dawud).
Namun apabila mereka kita katakan kafir, mereka akan marah, mungkin kita juga termasuk salah satu diantara mereka. (????).
Pada permulaan ini kita akan bahas satu-persatu tentang apa yang menjebak kita atas nama moderniasi.
I. Pakaian
Dalam islam sudah jelas dikatakan tentang aturan pakaian, kita akan lebih menetikberatkan pada wanita.
…………………………
Namun yang kita lihat sekarang berbanding terbalik dengan hadits di atas. Kita lihat kaum hawa dengan mudahnya mengumbar aurat (menggunakan pakaian yang serba minim) atas nama fashion style. Demi Allah, kalau semua laki-laki normal di muka bumi ini mau menjawab dengan jujur atas penampilan wanita yang seperti itu mereka pasti akan merespon tentang fisik wanita tersebut, BUKAN PAKAIAN yang wanita kenakan.

Sadarlah kaum hawa, pakaian yang kalian kenakan atas nama fashion style itu benar-benar ditumpangi setan untuk memancing birahi laki-laki. Banyak waniata yang tidak sadar akan hal ini. Apabila kejadian buruk sudah menimpa mereka (diperkosa misalnya), baru mereka akan menuntut, siapa yang disalahkan ???. wanita yang mengundang syahwat, laki-laki memenuhinya.

Apa ruginya memakai pakaian yang tertutup? Apa kalian kepanasan? Demi Allah wanita-wanita di Arab sana, yang suhunya jauh lebih tinggi dari Indonesia mampu mengenakannya. Budaya? Hmm Indonesia menurut catatan sejarah tidak punya catatan tentang pakaian seperti yang kalian kenakan sekarang ini. Takut tidak laku??? Apa kalian tidak tau bahwa jodoh kalian sudah Allah tentukan?? Tidakperlu kalian mengumbar syahwat utk mencari jodoh, karna pasti bukan jodoh yang datang, melainkan laki-laki yang hanya ingin melampiaskan syahwatnya kepada kalian, dan setelah puas kalian akan di tinggalkannya begitu saja, lalu..??? kalian akan melanjutkan ke laki-laki yang berikut nya??? Hehehe laki-laki yang berikutnya akan meninggalkan kalian (setelah puas syahwatnya) dengan alasan kalian tidak perawan, atau sulit menerima “BEKAS”. Apa itu yang kalian mau wanita?????

Demi Allah Azzawajalla, bahkan laki-laki yang gemar bermaksiat pun akan mencari wanita yang baik untuk dijadikan pendamping hidup, lalu kalian dengan pakaian yang serba terbuka mendambakan laki-laki yang seperti apa?? Yang senang istrinya dijadikan bahan seksual orang lain???

Lalu bagaimana pakaian yg benar ? yang sesuai syar’I ?
Pakaian seorang wanita yang harus tebal dan tidak menampakkan warna kulitnya (tidak transparan), dan tidak pula sempit yang menampakkan potongan tubuhnya, berdasarkan hadits Nabi sholalllahu ‘alahi wa sallam : “Ada dua golongan ahli neraka (penghuni neraka) dari umatku, yang aku belum melihat mereka sebelumnya (yakni karena belum terjadi pada zaman Rosulullah sholalllahu ‘alaihi wa sallm, ed.) : (Yakni)
(1). “Para wanita yang berpakaian tetapi telanjang, mereka miring (yakni condong pada penyelewengan dan kesesatan, ed.) dan mengajak orang lain miring ( yakni mengajak para wanita lainnya agar sesat dan condong pada penyelewengan seperti dirinya, ed.). Kepala-kepala mereka (yakni rambut-rambut mereka) seperti punuk unta yang miring (karena adanya hiasan di rambut kepala mereka, seperti sanggul, pita dan berbagai perhiasan lainnya, tanpa menutupnya dengan jilbab-jilbab mereka, ed.). Mereka tidak akan masuk surga, bahkan mereka tidak akan mendapati bau harumnya surga, padahal baunya dapat tercium dari jarak sekian dan sekian. “ (HR. Muslim dan lainnya)

Pengertian : “Wanita yang berpakaian tetapi telanjang”, yaitu wanita yang mengenakan pakaian namun tidak menutup tubuhnya (yakni tidak menutupinya dengan sempurna, sehinggga nmasih nampak sebagian anggoata tubuhnya yang mestinya wajib di tutupi, ed.). Ia berpakaian tetapi pada hakekatnya tetap telanjang, seperti mengenakan pakaian tipis yang menampakkan warna kulitnya, seperti lengannya dan lain-lainnya.
Sesungguhnya pakaian wanita itu adalahyang menutupi tubuhnya, (yakni) yang tebal dan lebar, sehingga tidak tampak bentuk tubuhnya dan fostur badannya. Wallahu a’lam.

Maroji’ :
Di jawab oleh Syaikh Dr. Sholih bin Abdullah bin Fauzan Al-Fauzan, dalam At-Tanbihaat, hal. 23.

BULETIN DAKWAH AT-TASHFIYYAH, Surabaya
Edisi : 17 / Robi’uts Tsani / 1425


Wahai muslimah!
Sesungguhnya hijab menjagamu dari pandangan yang beracun. Pandangan yang berasal dari penyakit hati dan penyakit kemanusiaan. Hijab memutuskan darimu ketamakan yang berapi-api.


A. Sifat Pakaian yang Disyariatkan bagi Wanita Muslimah

1. Diwajibkan pakaian wanita muslimah itu menutupi seluruh badannya dari (pandangan) laki-laki yang bukan mahramnya. Dan janganlah terbuka untuk mahram-mahramnya kecuali yang telah terbiasa terbuka seperti wajah, kedua telapak tangan dan kedua kakinya.

2. Agar pakaian itu menutupi apa yang ada di sebaliknya (yakni tubuhnya), janganlah terlalu tipis (transparan), sehingga dapat terlihat bentuk tubuhnya.

3.Tidaklah pakaian itu sempit yang mempertontonkan bentuk anggota badannya, sebagaimana disebutkan dalam kitab Shahih Muslim dari Nabi Shalallahu’alaihi Wassallam bahwasanya beliau bersabda:
"Dua kelompok dari penduduk neraka yang aku belum melihatnya, (kelompok pertama) yaitu wanita yang berpakaian (pada hakekatnya) ia telanjang, merayu-¬rayu dan menggoda, kepala mereka seperti punuk onta (melenggak-lenggok, membesarkan konde), mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan baunya. Dan (kelompok kedua) yaitu laki-laki yang bersamanya cemeti seperti ekor sapi yang dengannya manusia saling rnemukul-mukul sesama hamba Allah. "(HR. Muslim)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata di dalam Majmu' Al-Fatawa (22/146) dalam menafsirkan sabda Nabi Shalallahu’alaihi Wassallam:
"Bahwa perempuan itu memakai pakaian yang tidak menutupinya. Dia berpakaian tapi sebenarnya telanjang. Seperti wanita yang memakai pakaian yang tipis sehingga menggambarkan postur tubuh (kewanitaan)-nya atau pakaian yang sempit yang memperlihatkan lekuk tubuhnya, seperti pinggul, lengan dan yang sejenisnya. Akan tetapi, pakaian wanita ialah apa yang menutupi tubuhnya, tidak memperlihatkan bentuk tubuh, serta kerangka anggota badannya karena bentuknya yang tebal dan lebar."

4.Pakaian wanita itu tidak menyerupai pakaian laki-laki.
Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam telah melaknat wanita-wanita yang menyerupai laki-laki dan laki-laki yang menyerupai wanita. Sedangkan untuk membedakan wanita dengan laki-laki dalam hal berpakaian adalah pakaian yang dipakai dinilai dari karakter bentuk dan sifat menurut ketentuan adat istiadat setiap masyarakat.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata di dalam Majmu'Al-Fatawa (22/148-149/155):
"Maka (hal) yang membedakan antara pakaian laki-¬laki dan pakaian perempuan dikembalikan pada pakaian yang sesuai bagi laki-laki dan perempuan, yaitu pakaian yang cocok sesuai dengan apa yang diperintahkan untuk lak-¬laki dan perempuan. Para wanita diperintahkan untuk menutup dan menghalangi tanpa ada rasa tabarruj (mempertontonkan) dan memperlihatkan. Untuk itu tidak dianjurkan bagi wanita mengangkat suara di dalam adzan, ¬(membaca) talbiyah, (berdzikir ketika) naik ke bukit Shafa dan Marwa dan tidaklah telanjang di dalam Ihram seperti ¬laki-laki. Karena laki-laki diperintahkan untuk membuka kepalanya dan tidak memakai pakaian yang melampaui batas (dilarang) yakni yang dibuat sesuai anggota badannya, tidak memakai baju, celana panjang dan kaos kaki."

Selanjutnya Syaikhul Islam mengatakan:
"Dan adapun wanita, sesungguhnya tidak dilarang sesuatupun dari pakaian karena ia diperintahkan untuk menutupi dan menghijabi (membalut) dan tidak dianjurkan kebalikannya. Akan tetapi dilarang memakai kerudung ¬dan memakai sarung tangan, karena keduanya merupakan_ pakaian yang terbuat sesuai dengan bentuk tubuh dan tidak ada kebutuhan bagi wanita padanya." Kemudian beliau menyebutkan, bahwa wanita itu menutup wajahnya tanpa keduanya dari laki-laki sampai beliau mengatakan di akhir: "Maka jelas, antara pakaian laki-laki dan perempuan itu sudah seharusnya berbeda. Yakni untuk membedakan laki-laki dari wanita. Pakaian wanita itu haruslah istitar (menutupi auratnya) dan istijab (menghalangi dari pandangan yang bukan mahramnya -pent.). Sebagaimana yang dimaksud dhahir " dari bab ini."(11)

Kemudian beliau menjelaskan, bahwa apabila pakaian itu lebih pantas dipakai oleh laki-laki sebagaimana umumnya, maka dilarang bagi wanita. Hingga beliau mengatakan: "Manakala pakaian itu bersifat qillatul istitar (hanya sekedar menutupi aurat -pent.) dan musyabahah (pakaian itu layak dipakai oleh laki-laki dan perempuan - pent.), maka dilarang pemakaiannya dari dua bentuk (baik laki-laki maupun perempuan -pent.). Allahu a'lam. "

5.Pakaian wanita tidaklah terhiasi oleh perhiasan yang menarik perhatian (orang lain) ketika keluar rumah, agar tidak termasuk golongan wanita-wanita yang bertabaruj (mempertontonkan) pada perhiasan.


Berhijab

Bahwa seorang wanita yang menutupi badannya dari (pandangan) laki-laki yang bukan mahramnya disebut berhijab.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
"Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, putra-putra saudara perempuan mereka. " (An-Nur: 31)

Dalam firman-Nya yang lain:
"Dan apabila kamu ada sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir (hijab). " (Al-Ahzab: 53)

Dan yang dimaksud dengan hijab (dari ayat di atas) adalah sesuatu yang menutupi wanita termasuk di dalamnya dinding, pintu atau pakaian.
Sedangkan kata-kata dalam ayat tersebut walaupun diperuntukkan kepada istri-istri Nabi Shalallahu’alaihi Wassallam, namun hukumnya adalah umum untuk semua wanita mukminah.

Karena `illat (landasan)-nya adalah berkaitan dengan firman ¬Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
"Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. " (Al-Ahzab: 53)

Dan `illat (landasan) ini adalah umum. Maka keumuman `illat menunjukkan bahwa hukum tersebut berlaku untuk umum. Dan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala
yang lain:
"Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka ". (Al-Ahzab: 59)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata di dalam majmu'Al-Fatawa (22/110-111):
"Jilbab adalah kain penutup, sebagaimana Ibnu Mas'ud dan yang lainnya menamakan dengan sebutan rida’ (cadar) dan izar (sarung) sebagaimana umum menyebutnya, yakni kain sarung yang besar sebagai penutup kepala dan seluruh badan wanita. Diriwayatkan dari Abu Ubaidah dan yang lainnya, bahwa wanita itu mengulurkan jilbab dari atas kepalanya sampai tidak terlihat (raut mukanya), kecuali matanya. Termasuk sejenis hijab adalah niqab (sarung kepala). Dan dalil-dalil sunnah nabawiyyah
tentang kewajiban seorang wanita menutupi wajah dari selain mahramnya."(12)

Dan dalil-dalil tentang kewajiban wanita untuk menutup wajah dari selain mahramnya menurut Al- Qur`an dan As Sunnah sangatlah banyak. Maka saya sarankan kepada anda wahai muslimah, (bacalah -pent.) mengenai hal tersebut di dalam Risalah Hijab dan Pakaian di dalam Shalat karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Risalah Hijab karya Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Risalatu Ash-Sharim Al Masyhur `ala Al-Maftunin bi As-Sufur karya Syaikh Hamud bin Abdullah At-Tuwaijiri dan Risalah Hijab karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin. Semua risalah tersebut telah menjabarkan tentang permasalahan hijab beserta hal-hal yang berkaitan dengannya.

Ketahuilah wahai muslimah!
Bahwa ulama-ulama yang membolehkan kamu membuka wajahmu dengan kata-kata yang menggiurkan (rayuan-rayuai gombal) sepertinya dapat menghindarkanmu dari fitnah. Padaha fitnah tidaklah dapat dihindari, khususnya pada zaman sekarang ini. Dimana sedikit sekali laki-laki dan perempuan yang menyerukan larangan agama. Sedikit sekali rasa malunya. Bahkan banyak sekali orang-orang yang mengumbar fitnah. Kemudian sangatlah terhina wanita yang menjadikan macam-macam perhiasan yang mengundang fitnah berada di wajahnya. Berhati-hatilah dari hal itu.

Wahai muslimah! Pakailah dan biasakanlah berhijab. Karena hijab dapat menjagamu dari fitnah dengan seizin Allah. Tidak ada seorang ulama -baik dahulu maupun sekarang- yang menyetujui (pendapat) para pengumbar fitnah. Dimana mereka (para wanita) terlibat di dalamnya.

Sebagian wanita muslimah ada yang berpura-pura dalam berhijab. Yakni manakala berada dalam masyarakat yang menerapkan hijab, merekapun memakainya. Dan ketika berada dalam masyarakat yang tidak menerapkan hijab, merekapun melepaskan hijabnya.

Sementara ada sebagian lainnya yang memakai hijab hanya ketika berada di tempat-tempat umum dan ketika memasuki tempat pemiagaan, rumah sakit, tempat pembuat perhiasan emas ataupun salah satu dari penjahit pakaian wanita, maka ia pun membuka wajah dan kedua lengannya, seakan-akan ia berada di samping suaminya atau salah satu mahramnya! Maka takutlah kamu kepada Allah, hai orang-orang yang melakukan hal tersebut!

Telah kami saksikan pula, beberapa wanita yang berada di dalam pesawat (yakni pesawat yang datang dari luar Arab Saudi), rnereka tidak memakai hijab, kecuali ketika pesawat mendarat di salah satu bandara di negara ini. Seolah-olah hijab itu berasal dari adat kebiasaan (bangsa Arab) dan bukan dari pokok-pokok ajaran agama.

Wahai muslimah!

Sesungguhnya hijab menjagamu dari pandangan yang beracun. Pandangan yang berasal dari penyakit hati dan penyakit kemanusiaan. Hijab memutuskan darimu ketamakan yang berapi-api.
Maka pakailah hijab. Berpeganglah pada hijab. Dan janganlah kamu tergoda oleh pengumbar fitnah yang bertujuan memerangi hijab atau mengecilkan dari bentuknya. Sebab ia ingin menjadikanmu jahat. Sebagaimana firman Allah:
Sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh jauhnya (dari kebenaran). " (An-Nisaa': 27)

Dikutip dari Tanbihat ‘ala Ahkam Takhtashshu bil Mu’minat, Edisi Indonesia “Panduan Fiqih Praktis Bagi Wanita” Penerbit Pustaka Sumayyah, Pekalongan.

Demi Allah para saudariku, tidak sedikitpun niat kami untuk merendahkan derajat kalian dengan turun nya tulisan ini. Kami justru ingin kalian di pandang hormat, karna kalian sebenarnya memang terhormat. Allah menjadikan kalian penyejuk bagi kaum adam.

Jangan terjebak tipu daya setan dan kaum kafir yang membujuk kalian atas nama modernisasi. Gunakan pakaian yang pantas, tutup aurat kalian, kalian akan nampak lebih cantik dan anggun apabila tertutup. Kalian akan lebih mempesona dan terhormat.
Bukan begitu ikhwan??

doa sahabat ku



Ya Allah, siang malam aku meminta pada Mu, KEMBALIKAN DIA PADAKU.
Aku menangis, bersujud tanpa henti pada Mu, meratap, mengemis, bahkan menyalahkan Mu atas kepergiaanya

Aku ingat saat aku meminta kepastian tentangnya, aku berjanji akan melepasnya jika dia memang ingin berpisah dengan ku, kemudian Engkau menunjukkan kuasa Mu, Kau kabulkan doa ku hanya dalam waktu singkat, Kau temukan aku dengannya, Kau berikan jawaban yang ku pinta dari bibirnya.

Sekarang 6 tahun sudah berlalu, aku semakin mengerti arti perpisahan ini. Tapi tetap saja luka hati ini terasa perih. Aku coba iklas ya Allah, tapi air mata ini turun dengan sendirinya.

Kemudian sahabat ku berkata, andaikan air mata selama 6 tahun ini kau tujukan untuk Allah, alangkah indahnya.

Saat ini hanya sedikit hal yang aku tau kenapa aku terpisah dengan nya, atau mungkin Engkau ingin aku berpisah darinya?.

Betapa hinanya aku yang telah melalaikan Mu, mencintai mahluk Mu tanpa tersisa cinta sedikit pun untuk Mu. Betapa bejatnya aku, menzinahinya atas nama cinta dan melalaikan semua hukum Mu. Ampuni aku Ya Allah, ampuni aku Ya Rab.

Hanya janji Mu yang sekarang ku ingat, hanya ampunan Mu yang ku mohon, aku kembali Ya Allah

apa ya??


saat hidayah datang, betapa senang beta punya hati, merasa di perhatikan Allah, merasa di sayang sama Allah. komplit. tapi bukan tanpa pengorbanan (pengorbanan dunia masudnya), banyak yang harus di relakan untuk menempuh jalan yang baru. apa aja se? ayo kita find out together hmm....

pertama kali kenal dan belajar islam hampir bersamaan dengan beredarnya film "KIAMAT SUDAH DEKAT". bagus film nya, (tapi ngerasa disindir ne) pas adegan belajar shalat, waktu mo duduk tahyad akhir, ngelipat kakinya di bantu tangan, tersiksaaaaa banget, jempol sampai keram, sambil baca doanya juga sambil nangis (bukan karna penghayatan, tapi nahan pegel) hehehe. tapi sekarang ga' susah lagi, kakinya udah pandai ngelipat otomatis ckckckckc.

trus sewaktu ikut taklim, dapat kawan baru yang emang udah islam. akrabbb banget. kemana-mana selalu berdua, ke wc juga ber dua (tapi pisah room nya). nah sewaktu taklim, dapat materi tentang adab bergaul antara ikhwan dan akhwat (ini dia yang jadi masalah), pematerinya bilang "tidak ada pacaran dalam islam, HARAM". kaget bingung, lemah, ltih dan lesu jadinya.

coz aku punya pacar waktu itu, cinta mati pokoke. trus karna penasaran, aku cari lagi di internet, ternyata benar, semua sepaham bahwa pacaran merupakan hubungan yang haram. singkat cerita, dengan tetesan air mata, diiringi dengan angin yang bertiup syahdu, malam hari sewaktu bulan tak tampak, hanya awan mendung yang bergelantung, aku bercerai dengan pacarku. sedih? PASTI. tapi karna yakin dengan islam yang ku pilih, insyaAllah iklas. walaupun iklas tetep aja air mata ku ngalir (biarpun cowok, butuh nangis), berbagai jenis bahasa doa ku panjatka untuk ketenangan hati biar ga' lagi ingat ma si dia.

naaah, yang jadi masalah berikutnya temen akrab ku, yang udah lama islam, yang sering baca buku, banyak ilmu nya, ko' dia malah pacaran????? (rugi aku mutusin pacarku!!!......bcanda, iklas ko'). sewaktu ku tanya jawabnya, "ga' pa2 pacaran, asal jngan berzinah" nah lho. trus pegangan tangan dsb gmn?, jawabnya "ga' pa2 asal ga' menimbulkan syahwat. wuih. trus sewaktu kedapetan dia berdua di rumah kosong ma pacarnya dia jawab "aku kn lagi puasa, jadi insyaAllah ga' pa2, ga' berzinah. wow
akhirnya aku sadari, orang islam sendiri sudah asing dengan agama nya sendiri. sudah menjadikan agama sekedar kedok semata, dalam pergaulan jg demikian, ga' lg seperti dulu. ga' seperti yang pernah diceritakan di salah satu blok yg aku baca (lupa blog nya, dlm blog tsb diceritakan tentang ikhwan dan akhwat yang karna kuatnya pengen menjaga pandangan, ber pas-pasan di gang sempit, si ikhwan nabrak tiang listrik karna menunduk, si akhwat kecebur ke got karna melihat ke arah lain (supaya ga' kecantol ikhwan kali hehehe). aneh lucu, tapi semangat nya perlu di tiru.

sekarang ini susah, jadi sedih, ikhwan dan akhwat bergoncengan, sms-an, klu ga' percaya pergi aja ke PONTIANAK. banyak contohnya.
apa nya yang salah ya???? banyak wanita berjilbab tapi pake baju dan celana ketat, kerudunga nya se betul tapi baju n celana nya itu yg jadi masalah, mungkin krn ga' tau kali ya, (kesempatan dakwah ne, nyari amal)

untuk saudari2 ku, dalam islam sudah dia atur, pakaian dan rok(celana) yang sesuai dengan syar'i adalah yang tidak membentuk lekuk badan.ini di maksudkan agar para wanita tidak menimbulkan syahwat bagi pria, dan tidak menjadikan wanita bahan untuk melampiaskan syahwat. sempurna ya islam, meninggikan derajat wanita, makanya pakaiannya yang betul ya. tetap cantik ko' walaupun ga' pake baju n celana ketat, insyAllah tetap laku. yang ngejar malah insyAllah laki2 yang baik. karna sesuai janji Allah, wanita yang baik akan mendapatkan laki2 yang baik pula.

alasan yang paling mungkin bsia jadi karna di dera rasa takut ga' dapet jodoh kali ya?? (sama ne, aku juga, kadang sedih, pengen nikah ga' tau gmn cara nyari jodohnya. mo pacaran jelas haram, hmmm bingung.

Ya Allah tolong aku dan saudara/i ku agar tidak terjerumus ke dalam lembah yang indah namun busuk karya iblis dan balatentaranya

aku kembali


aku kembali ya Allah, setelah sekian lama aku lalai dengan dunia ku sendiri. aku terjerembab dalam tipu daya dunia. tipu daya setan melalui manusia yang berjudul "TEMAN, SAHABAT, PACAR ". aku terjebak oleh tipu daya harta, ketenaran. ampuni aku Ya Rabb.
dan kini hanya menangis yang aku bisa. hanya bersujud yang aku tau. aku tak tau apa semua sujud ku dapat menghapus kesalahan ku? apa doaku sampai? doa yang oleh badan ku yang kotor dengan makanan dan minuman haram, tapi yang aku tau Engkau Maha Pendengar, Maha Melihat. yang aku tau hanya Engkau Maha Pengampun, Engkau maha pemaaf. Ya Allah apa jadinya aku tanpa maafMU? kenamana aku harus mencari bumi yang lain jika Engkau tak memberiku maaf? Ya Allah, aku tau aku salah, aku tau aku berdoa, dan Engkau berhak melemparkanku ke neraka jahanam, Engkau berhak Ya Allah, tapi aku hamba Mu Ya Rahim, aku hambaMu, yang berusaha kembali padaMU.
Ya Allah, aku mohon, jangan jadikan aku hamba yang merugi tanpa ampunanMu, jangan Engkau masukan aku ke dalam golongan hamba Mu yang dzalim, yang tidak mendapat
syafaat RasulMu.

bisa jadi...


sering kali kita beencana untuk masa depan kita, dengan demikian detail, namun hasil yang terjadi ibarat kata pepatah "jauh api dari panggang". sering kali penulis mengalami (dan mungkin juga kebanyakan dari kita) merasakan hal yang demikian. bahkan untuk hal yang sangat penting. kadangkala bahkan sering kali hati bertanya "kenapa tidak bisa??". doa sudah, usaha sudah, bahka sering kali orang bilang "minta restu orang tua", itu juga sudah, namun tetap saja tidak berhasil.
dalam hal ini, yang sering terjadi sewaktu lamaran kerja kita tidak diterima, dunia serasa runtuh. apalagi jika kita tidak punya keterampilan. saat lamaran ditolak serasa langit jatuh menimpa kepala, BERAT, sakiiit

namun tetap saja itu terjadi. mau menangis 7 hari 7 malam juga tetap terjadi, tetap di tolak, PENGANGGURAN. wuihhhh, beeraaatt.
tapi coba lagi di ingat, kita yang meminta dengan janji akan patuh pada Allah, kita tidak meminta sesuatu yang jahat. namun tidak diterima.
kita suka pekerjaan itu, namun belum tentu Allah suka.
yang perlu kita yakini, Allah tidak akan mendzalimi hambanya. Allah lebih tau kebutuhan kita di dunia. Allah tau kita butuh pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan. maka pasti Allah akan berikan. dan Allah lebih tau niat kita sewaktu kita dapat pekerjaan, mau nikah kan??? cuiiitt.cuiiit
yang sabar ya.... jika sudah sampai waktunya, maka tidak akan ada yang bisa menghalangi kita untuk dapat pekerjaan, minta sama Allah, Allah pasti kasii
wallahualam

Halaman

Cari Blog Ini

About me

Advertisement