untuk RARA/ ZAHRA ptk



tak pernah sedikitpun aku menduga akan merindunya. tak pernah terbersit sedikitpun aku akan mengingatnya. dia hanya wanita biasa. dia ibarat bintang yang bercahaya redup diantara terangnya cahaya rembulan. mungkin itu yang dulu membuatku melewatinya. aku terlalu memperhatikan cahaya rembulan, tanpa pernah memperdulikan cahaya bintang yang menerangiku secara perlahan, bahkan terlalu perlahan hingga saat ini baru kusadari setelah cahaya itu sirna dari mataku, namun tetap saja menyinari hatiku. wajahnya memancarkan pesona kelembutan yang sebenarnya sangat ku butuhkan. sifat penyabar terlihat jelas dari perangai nya. dia gadis biasa yang sangat luar biasa bagi ku.

Zahra, rara panggilannya. awal pertemuanku dengan nya saat aku bekerja sambilan di warnet sepupuku di jalan karimata pontianak. sudah sore saat dia datang. aku ingat sekali saat dia pertama kali kami bertemu, dia masih menggunakan sepeda. namun pada waktu itu aku hanya takjub melihat kesederhananya, tidak lebih. bagaimana tidak, saat jaman sekarang yang sudah langka melihat sepeda, seorang gadis sepertinya masih mau menggunakan sepeda.
pertemuanku yang ke dua, saat itu aku biasa saja saat dia datang. aku tidak terlalu memperhatikan pengunjung yang datang, coz pada waktu itu aku lagi seru-serunya main gunbound. aku tau kalau ada rara di antara pengunjung saat dia akan membayar tagihan. "berapa bang??" (emang aku tukang bakso). "1700" jawabku singkat (yaaa ampun, sampe tagihanya aja masih ku ingat, padahal tu tahun 2007-2008. sekarang tahun brp sech?). hampir saja tertawa ku pecah, saat ku dengar suara recehan (yang aku yakin pasti jumlahnya banyak) dari kantongnnya. dugaanku ne akhwat mungkin baru panen tabungan.

nahh, dari pertemuan ini, entah knp aku semakin rajin nungguin warnet (atau nungguin rara????). tp bnr aja, akhirnya akhwat yang ku tunggu datang setelah seminggu. yang namanya happy, jangan di tanya, pasti happy bung.tapi tak ada kata yang terucap. aku malu, entah kenapa, mungkin karna jilbabnya. aku merasa rara terlalu anggun untuk ku sapa.jadi, seperti dugaan kita semua, TAK ADA KATA YANG TERUCAP.

tapi akhirnya ketahuan juga keadaanku sama sepupuku. "kau kan cowok, klu kau ga' mulai, jangan harap ada permulaan. sekurang-kuranya tanya namanya, paling minimal ucapkan assalamualikum." sepupu ku ini jangan di tanya sifatnya, sampai gelar psikolog cinta pun berhak disandangnya. dari 54 pacarnya (sewaktu blm tau hukum islam), 53 diantaranya ninggalin dia, kabur ma cowok lain.sekarang dia udah tau klu pacaran tu haram, Alhamdulillah.
" kau berkelai brani, ngebut di jalan jg berani, tapi sama cewek?? NOL besar"
"tapi ini lain bro" kilahku
"ini akhwat, bukan cewek sembarangan, bukan cewek gampangan"
"hmm, klu begitu ini berat bung. cuma ada satu cara klu mmg kau mau hidup dgnanya. perbaiki diri,jadikan diri mu agar sebanding jika bersanding denganya." ciee, seumur hidup jadi sodaranya, baru kali ini omonganya masuk akal.

tapi aku jadi penasaran tentang rara, sudah hampir sebulan dia 'g kelihatan, ke mn y?. aku jadi ingat ucapan sohibku, USAHA DUNK. hmm jadi ku upah pasukan intel ku (dengan bayaran coklat) untuk mencari tau siapa sebenarnya RARA ini. tak butuh waktu lama, akhirnya aku tau sedikit tentang rara. rumahnya di jalan penjara Pontianak, kuliahnya di Untan, dia anak paling tua dikeluarganya. ayahanda nya bekerja di kantor Gubernur. hanya itu yang ku tau.

sebulan kemudian rara nongol lagi di warnet (nongol???? ada lagi maksudnya). makin ayu aja rara, makin elegant. saat dia sedang OL, otak ku pun sibuk merancang pertanyaan untuknya, akhirnya ku temukan pertanyaan untuknya "tinggalnya dimana?" sodara-sodara tau apa jawabanya "di bawah langit" singkat, padat, jelas, tapi senyumnya itu lho sodara-sodara, yaaa ampyur. mo lihat billing malah jadi matikan komputer jadinya. bayangin thu senyumnya, dahsyat, kalah minuman tebbs, coca cola juga salah segarnya.

akhirnya sampai aku harus berhenti kerja untuk lebih fokus kuliah, tak pernah lagi kulihat rara. terakhir kabar yang ku dengar "RARA udah pake cadar" Ya Allah Ya Rabb, semakin kuat hatiku untuk bersamanya, aku mengharapkan kebaikan agamanya untukku. pernah aku berpas-pasan di jalan dengan akhwat bercadar, warna hijau. walaupun aku tak bisa melihat wajahnya nya, namun aku yakin itu RARA.

sekarang,2010, Alhamdulillah, aku telah dan masih belajar lagi mendalami agamaku. Allah kirim untukku sahabat yang baik, ABU SAIF/ Syaifullah, untuk membantuku belajar Islam, jazakallah ya akhi. seiring berjalan nya waktu, niatku belajar tiak lagi karna RARA, ku temukan kedamaian di jalanku yang baru ini. Alhamdulillah.

tapi sekarang , kilatan bayangan RARA muncul kembali, entah kenapa justru semakin kuat.
RARA, aku tak tau lagi ke mana harus mencarimu. sekarang ilmu agamaku tak lagi mentah seperti dulu, sedikit demi sedikit aku sudah belajar, yang kurasa cukup untuk menjadi imam mu, namun tetap saja aku butuh teman untuk beribadah, aku harap kau bersedia.

RARA, kalau kau membaca tulisan ini,....aku tak tau bagaimana tanggapanmu, yang jelas aku berharap kau bersedia menemani ku beribadah kepada TUHAN kita,Tuhan seluruh makhluk, ALLAH, yang tidak ada Tuhan selain Dia.

Ya Rabb, kabulkanlah keinginanku untuk mempersuntingnya, tunjukan aku jalanya, serta mudahkanlah segala urusannya.

untuk akhi dan ukhti, aku mohon doa nya...

Halaman

Cari Blog Ini

About me

Advertisement